Peter Pan Syndrome


Teman-teman para pembaca pasti  pernah bahkan telah mengalami ketergantungan mengikuti tayangan infotainment, dan pasti sudah tak asing lagi dengan berita perceraian para artis dan orang-orang terkenal. Sebut saja Ikke Nurjanah dan Aldy Bragi, Ahmad Dani dan Maia Estianty, Yuni Shara dan Henry Siahaan, hingga pasangan yang bahkan telah menelurkan album duet romantis saat menikah, siapa lagi kalau bukan Krisdayanti dan Anang Hermansyah. Meski sekarang juga masih tetap mengeluarkan album duet romantis. 

Selain dikalangan artis, tentu saja perceraian banyak terjadi pada masyarakat kita. DI kabupaten Bogor misalnya, pada bulan Maret tahun ini tercatat sekitar 500 wanita menggugat cerai suaminya. KDRT (kekerasan dalam rumah tangga), suami yang menelantarkan istri, atau tidak bertanggung jawab terhadap keluarga merupakan beberapa dari banyak alasan para istri tersebut mengajukan gugatan. 

Menurut Psikolog ternama, Elly Risman, dalam poskota.co.id, pada pasangan-pasangan yang mengajukana atau mengalami perceraian, ditemukan bahwa pihak prianya kebanyakan mengidap Peter Pan Syndrome. 

Sindrom Peter Pan adalah istilah psikologi populer yang menggambarkan pria dewasa yang memiliki ketidakmatangan sosial. Meski belum terdaftar dalam textbook psychiatry atau kedokteran manapun, istilah ini telah populer sejak tahun 1983. Adalah DR. Dan Kiley yang mempopulerkan istilah ini saat ia mempublikasikan tulisannya yang berjudul The Peter Pan Syndrome : Men Who Have Never Grown Up

Berbagai macam studi terkini tentang masyarakat banyak membahas mengenai kebiasaan anak laki-laki di masa sekarang, dimana, anak laki-laki ini biasanya selalu dibelikan berbagai macam mainan, seperti mobil-mobilan, orang-orangan, dan sebagainya. Mereka terbiasa hanya menerima, dan setiap penolakan, akan dijawab dengan rengekan dan tangisan, dan kebanyakan orang tua selalu memenuhinya. Mereka baik secara langsung ataupun tidak langsung diajarkan untuk tidak mau mendapat penolakan atau kritikan. 

Dalam dua dekade terakhir ini, tercatat bahwa banyak sekali pria mengalami kegagalan dalam menjalin hubungan dengan pasangannya. Kehidupan individualistis, kurangnya pendidikan tentang kehidupan sosial, dan berbagai macam gaya hidup zaman sekarang seperti home schooling juga memiliki andil yang besar pada ketidakmampuan kebanyakan pria untuk megungkapkan perasaannya dan mengekspresikan kemarahan dengan benar. Oleh karenanya, pria sering kali merasa sendiri, karena seakan tidak ada yang mampu untuk mengerti dirinya, dan akibatnya, membuat mereka memiliki temperamen yang tinggi dan keras ketika berkomunikasi dan berprilaku sehar-hari.



Dalam bukunya, Dan Kiley menyimpulkan, bahwa pria yang didiagnosis terkena Peter Pan Syndrome biasanya memiliki beberapa ciri-ciri fisilogis, yaitu :

Emosi yang tidak stabil atau meledak-ledak
Amarah yang sering kali ditransformasikan jadi suatu amukan
Apabila menyenangi sesuatu, diekspresikan dengan cara yang berlebihan. Misalnya seperti Histeris
Kekecewaan yang didapat, biasanya diubah jadi depresi

Kemudian, timbulah pertanyaan dalam benak kita, 

Lantas, bagaimana ciri-ciri diatas dapat mempengaruhi kehidupan seorang pria ? 

Pria, jika didiagnosis memiliki Peter Pan Syndrome, biasanya, Sulit mengekspresikan rasa Cinta. Dikarenakan kesulitan mengekspresikan berbagai hal. Menolak untuk membagi perasaan mereka. Mereka kehilangan ‘sentuhan’ dengan emosi mereka dan mereka tidak mengerti apa yang mereka rasakan. Menangguh-nangguhkan. Selalu merasa salah dan kesulitan untuk bersantai. Tidak punya hubungan yang benar dengan teman-temannya. Mereka percaya teman bisa dibeli. Mudah panik dan merasa putus asa akan usaha mereka sendiri. 

Meminta maaf akan tindakan yang kurang sopan bukanlah pilihan mereka. Mereka cenderung menyalahkan orang lain, jadi mereka tidak terfokus akan batasan dan kekurangannya. 

Sedangkan, untuk orang-orang terdekat seperti keluarga, mereka biasanya memiliki :
Ketergantungan akan ibunya
Hubungan dengan ayah biasanya kurang baik
Mereka percaya, bahwa rasa sayang dan pengakuan dari ayah itu tidak bisa diperoleh
Kurang suka melihat sosok-sosok yang berwibawa
Biasanya tidak matang secara emosional
Suka memamerkan sikap yang terbilang tolol
Memiliki tindak-tanduk yang terlihat ‘macho’ untuk menyembunyikan kelemahannya karena perasaan takut mendapat penolakan

Kemudian, jikalau pria dengan Peter Pan Syndrome membina suatu hubungan dengan wanita, mereka biasanya menjadi tipe yang amat penceburu dan kerap memamerkan dan menunjukan perilaku-perilaku kasar dan meledak-ledak. Mereka biasana mudah terprovokasi ketika pasangannya menyatakan suatu bentuk kebebasan. 

Ketergantungan akan pasangannya amat penting pada pria dengan Peter Pan Syndrome untuk merasa dapat melindungi pasangannya. Ketautan akan impotensi dan penolakan dapat berakibat pada perilaku yang kasar. Pria akan memandang rendah wanita dan terlihat kuat dan tegas saat merasa terancam akan kebebasan pasangannya. Rasa takut untuk tampil lemah dan tidak jantan di depan teman-temannya membuat pria-pria ini menolak untuk berbagi perasaannya pada wanita. 

Sejak awal, ciri-ciri ini mungkin telah menjadi suatu ciri khas diri kita atau orang-orang yang kita kenal. Ciri-ciri ini memang amat dekat dengan keseharian masyarakat Indonesia, mulai dari petani hingga kaum intelek seperti mahasiswa dan dokter. Ketakutan orang lain melebihinya. Perasaan yang menolak segala kemampuan yang melebihi dirinya. Keegoisan yang dalam kondisi apapun, takkan pernah mau mengakui kesalahannya. Menyalahkan telah jadi karakter dalam dirinya. Tidak mampu menerima mereka yang lebih berwibawa, dan kecemburuan yang ekstrim dalam hal apapun. Inilah yang disebutPeter Pan Syndrome. 
Mungkin saat kini kita belum mengakuinya, tapi, benarkah kita tidak mengalami sindrom ini ?  benarkah ciri-ciri itu bukan sifat kita ? 

Tulisan ini pernah diterbitkan dalam majalah Medicinus FK Unpad tahun 2011


Fajar Faisal Putra
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran 2010

Di Penghujung Jalan

Sebuah refleksi penutup perjalanan panjang di Senat Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. Mungkin ini senat terakhir di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. 

2 tahun kepengurusan, dalam senja perjuangan di organisasi ini, teringat lagi alasan dan dasar memasukinya. Diri ini 2 tahun lalu. Dengan idealisme saat muda dahulu, bertarung dalam kancah realita yang ada. Setiap detik yang terjadi selama 2 tahun ini, detik-detik itulah yang membangun, mendidik, dan membuka mata saya. 

Terima kasih teruntuk mereka, pemuda pejuang yang merelakan waktunya untuk membekali diri sendiri dan orang lain. Ada yang benci mereka. Ada yang tidak bisa hidup tanpa mereka. Apapun yang terbisik dibelakang, mereka juara. Mata ini saksinya. 

Inilah tulisan saat ingin masuk organisasi itu. 

***

Aku Diri dan Aku untuk Senat

                  Aku. Menurut kamus besar bahasa indonesia/KBBI adalah suatu ungkapan untuk pihak pertama dalam percakapan, diri sendiri, dan saya. Lantas, siapakah saya sebenarnya ? Saya adalah seorang pria berumur 18 tahun, berasal dari suatu kota yang luar biasa, Padang. Saya adalah sulung dari 3 beraudara. Dan Saya adalah seorang mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, suatu universitas negeri terbaik di Indoesia dengan berbagai macam dan jenis mahasiswa yang berasal dari berbagai jenis kultur dan budaya serta keluarga yang berbeda.

                Sebagai anak tertua, saya diajarkan untuk peduli pada saudara dan saudari saya. Mengalah adalah suatu kebiasaan yang paling saya benci sekaligus paling sering saya lakukan. Awalnya, memang terlihat menyebalkan, saat keadilan tidak ditegakkan, saat hak dan kewajiban tak berjalan seperti seharusnya. Tapi, sebenarnya kepedulian, memiliki manfaat yang lebih dari apapun. Meski keadilan ditegakkan dan hak serta kewajiban dijalankan, maka, akan membuat mereka, adik-adik saya yang muda sedih dan merasa menyesal untuk bahkan bersauara. Maka, apa gunanya keadilan. Itulah yang saya pelajari dari adik saya.

                Sebagai orang Padang, dengan budaya Minangkabau, menghargai orang adalah hal penting yang diajarkan kepada kami sejak kecil. Ada yang dinamakan kato mandaki, malereang, dan mandata yang mengajarkan saya bersikap menghargai siapa saja tidak peduli tua, muda, ataupun sebaya. Saya diajarkan untuk mendengarkan apa yang dibicarakan, bukan siapa yang berbicara.

Sebagai mahasiswa FK UNPAD, saya diajarkan untuk bisa belajar dari siapa saja. Kita tidak harus memiliki suatu kebanggaan atau kejayaan yang akan membuat objektifitas kita menjadi hilang. Kita diajarkan untuk tidak malu belajar bahkan dari orang terbodoh sekalipun, karena ilmu bisa datang dari siapa saja.

                Sebagai pemuda bangsa indonesia, saya diajarkan untuk rela berkontribusi pada tanah air oleh mereka-mereka yang telah tertidur lelap dalam nisan-nisan putih, bertuliskan “Merdeka”. Para pahlawan yang memperjuangkan ketenangan, kegembiraan, ketentraman, kenyenyakan tidur, kebebasan berpendapat dan Kemerdekaan kita, dengan mengorbankan tidak hanya nyawanya, tapi bahkan nyawa orang-orang tercintanya, anaknya, istrinya, orang tuanya, demi satu bisikan, ucapan, dan teriakan, “Merdeka”.

                Maka itulah apa yang disebut “aku” bagi saya.

                Kemudian, sebagai mahasiswa tingkat pertama di universitas yang maha dahsyat ini, belajar adalah suatu kewajiban. Berkarya adalah suatu keharusan. Berprestasi adalah suatu pencapaian. Tapi, berorganisasi adalah suatu pilihan, pilihan tepat bagi mereka yang ingin mengerti artinya kepedulian. Plihan yang tepat bagi mereka yang ingin mengerti indahnya menghargai orang lain. Pilihan tepat bagi mereka yang ingin menikmati proses pembelajaran serta perkembangan. Dan pilihan sempurna bagi mereka yang ingin merasakan senangnya berkontribusi dan mengabdi.

                Senat, seperti suatu pintu pertama bagi saya dalam melakukan pilihan tersebut.

Dalam kehidupan kemahasiswaan, kepedulian adalah suatu hal mahal bagi sebagian orang. Penghargaan kepada setiap pribadi adalah hal langka yang bahkan perlu dilestarikan. Sedang pembelajaran serta pengabdian, sudah hampir punah. Maka, saya ingin, agar setidaknya diri saya sendiri dahulu, menjalankan kepedulian, penghargaan, pembelajaran serta pengabdian ini dan semoga banyak saudara-saudari saya lainnya yang berada di universitas yang maha dahsyat ini juga ikut sadar dan tersentak hatinya, bahwa mereka, adalah pemuda-pemudi harapan bangsa yang seharusnya siap untuk terus peduli dan menghargai masyarakatnya. Siap untuk belajar dan mengembangkan dirinya. Dan siap untuk mengabdi serta berkontribusi pada masyarakatnya.

Dan, juga, sebagai calon dokter, bagaimana mungkin saya tidak mempunyai kepedulian, peghargaan, pelayanan, pengabdian serta kontribusi ? oleh karena itu, menjadi anggota senat adalah salah satu cara utuk bisa menjadi figur 7 stars doctor.

Lalu, langkah apa yang harus saya lakukan ? Bergerak saat ini juga. Karena sungguh, manusia tercipta karena bergerak, dan untuk bergerak. Dimulai dengan peduli, pada apapun disekitar saya. Hargai tiap insan yang berbicara, sungguh semua orang sebenarnya memiliki keindahan tersendiri untuk berbicara dan untuk enak didengarkan, tinggal apakah kita memiliki cukup kemampuan dan kesabaran untuk mencari keindahan tersebut. Lalu, mulailah belajar, petiklah suatu pembelajaran dari apapun, siapapun, kapanpun dan dimanapun. Karena, hanya orang mati yang berhenti belajar. Dan, tetaplah berkembang menuju perkembangan yang lebih baik. Pada akhirnya, jangan pernah lelah untuk berkontribusi dan melayani.

Karena, Sungguh teman, pemimpin suatu kamu ialah mereka yang paling banyak memberikan pelayanan kepada kaumnya (Nabi Muhammad SAW).

Dan satu langkah paling konkrit dari seluruh perkataan saya, adalah, MULAI DARI SEKARANG juga. (Fajar Faisal Putra, 2010)

(foto waktu masih muda, haha)



Fajar Faisal Putra
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran 2010

Perjalanan, Niat, dan Mimpi : Warna-warni Mozaik Kehidupan


Sekilas perjalanan, Universitas Padjadjaran - Gunma Daigaku Exchange Program 2012. Kebetulan sedang ditugaskan membuat laporan perjalanan untuk Laporan Pertanggungjawaban pada dekanat FK Unpad. Karena jarang-jarang berkesempatan nulis, jadi saya pos aja deh. 

Ini 2 hari, hari selasa dan rabu yang jadi tugas saya. Hari-hari lainnya meyusul. Bahasanya bahasa formal banget, maklumlah bahasa LPJ, hehe. 

Kunjungan Selasa 11 desember 2012

-          Kunjungan ke departemen Penyakit Dalam bagian Kardiologi. Diawali lecture mengenai EKG oleh Kepala Departemen, Prof. Kurabayashi. Metode pengajaran yang menarik dan mengutamakan pemahaman konsep dasar. Berimbang dan cerdas dalam hal memahamkan. Mengerti kapan harus diorientasikan pada hal-hal klinis dan kapan harus benar-benar memahamkan konsep dasar. Melibatkan mahasiswa untuk ikut berpikir dan terserap secara optimal karena mampu mendorong partisipasi dan keaktifan mahasiswa. Penjelasan yang sistematis dan atraktif namun logis. Serta perihal terbaik ialah sisi apresiasi dari professor terhadap mahasiswa. Sabar mengajarkan tanpa pernah menyalahkan sedikit pun. Namun membenarkan. Sangat menghargai pendapat asalkan rasional meski dari mahasiswa.

Selanjutnya kunjungan pada ruang rawat inap departemen Penyakit dalam, dengan penjelasan dan kuis-kuis singkat dari professor. Kemudian diakhiri dengan kunjungan pada ruangan pemeriksaan kardiologis, seperti ruang Echocardiography, Electrocardiography, Automatic Blood Pressure machine dan sebagainya.

-          Makan siang di ruang kafetaria mahasiswa, Ishi Hall bersama Delegasi Gunma University. Sembari persiapan untuk kunjungan departemen Anatomi di ruang Laboratorium Anatomi.

-          Kunjungan ke departemen Anatomi. Melihat ruangan laboratorium Anatomi yang sedang digunakan untuk proses belajar mengajar mahasiswa tahun kedua. Dipandu oleh Prof. Murakami dari bagian Anatomi. Disini setiap kelompok yang terdiri dari 4 orang mahasiswa bertanggung jawab atas satu cadaver yang digunakan selama 2 bulan penuh kelas anatomi. Setiap cadaver telah di CT-Scan terlebih dahulu, sehingga telah ada data imaging-nya pada server dan komputer laboratorium anatomi. Setiap kelompok mendapat 1 fasilitas IPAD 2 yang dapat mengakses data cadavernya masing-masing. Dan setiap data dapat diakses dan dilihat perlapisan secara 3 dimensi, mulai dari lapisan kulit, pembuluh darah, otot, tulang hingga organ dalam dapat terlihat. Dengan mengombinasikan teknologi dan penglihatan langsung yang konvensional dapat memaksimalkan pemahaman mahasiswa terhadap ilmu anatomi. Hal ini berdampak pada ketertarikan mahasiswa yang tinggi terhadap departemen anatomi dan nilai rata-rata mahasiswa yang baik pada ujian anatomi. Ruangan laboratorium juga difasilitasi dengan sistem ventilasi yang sangat baik pada tiap meja pemeriksaan, dengan 1 layar besar di depan kelas dan beberapa televisi layar datar yang menampilkan hal yang sama pada layar besa. Hingga mahasiswa yang duduk di belakang dapat melihat pengajaran yang sama dengan yang didepan.

Mengenai cadaver, Jepang adalah salah satu negara yang memiliki asosiasi pendonor tubuh yang baik. Warga negara Jepang menganggap mendonasikan tubuhnya untuk kepentingan ilmu pengetahuan ialah hal yang terhormat. Kebiasaan ini memudahkan proses belajar mengajar di Gunma University. Bahkan mantan Professor anatominya pun mendonasikan tubuhnya untuk departemen anatomi.

Setelah 3 bulan cadaver dimaksimalkan untuk proses belajar mengajar, kemudian cadaver yang digunakan dikremasi atau dimakamkan. Gunma University sendiri yang mengadakan proses pemakaman dihadiri oleh seluruh mahasiswa yang mengikuti kelas anatomi dan keluarga jenazah. Proses pendidikan karakter apresiatif dan membalas budi kepada mahasiswa. Pemahaman nilai sumpah kedokteran mengenai menghargai kehidupan pasien yang sangat baik diterapkan oleh Gunma University. Dilaksanakan rutin setiap berakhir kelas anatomi.

-          Kembali menuju ruangan base camp delegasi di lantai 5 Departemen Kesehatan Masyrakat. Shalat dan setelahnya menuju supermarket untuk membeli bahan-bahan makan malam.
-          Pulang ke apartemen Nakano Koichiro. Memasak dan mempersiapkan makan malam bersama. Delegasi Gunma memasak Nabe dan Takoyaki untuk dimakan bersama. Sembari menonton video sewaan dan bercengkrama bersama.

-          Selesai menonton kembali menuju apartemen masing-masing.

Kunjungan Rabu 12 Desember 2012
-          Kunjungan menuju kantor prefektur Gunma, Bangunan tertinggi di kota Maebashi. Melihat-lihat puncak bangunan prefektural dan seluruh kota Gunma

-          Makan siang bersama Prof. Hiroshi Koyama, Kepala Departemen Kesehatan Masyarakat pada restoran Italia di Puncak Bangunan Kantor Prefektural. Memakan makanan khas Bangladesh dibuatkan oleh koki asal bangladesh yang beragama muslim dan merupakan kenalan Prof. Koyama.

-          Dilanjutkan kunjungan menuju salah satu Retirement Home milik dr. Takao Nakura. Terdiri dari 3 lantai dan sudah berdiri selama 15 tahun. Fasilitas ini memiliki pelayanan Inpatient dan Outpatient.

Di Jepang yang memiliki angka harapan hidup tinggi, populasi manusia lanjut usia (Manula) sangat besar. Namun banyak anak yang menitipkan orang tuanya ke retirement Home karena kesibukan kerja dan tidak ada yang mengurus. Kedudukan tiap manusia di Jepang sangat dihargai dan dianggap setara meski dengan perbedaan penghasilan. Oleh karena itu tidak ada yang menjadi pembantu rumah tangga di Jepang. Retirement Home yang dilengkapi dengan tenaga medis dan perawat yang siaga 24 jam serta klinik dan angkutan transportasi menjadi pilihan untuk kualitas hidup yang lebih baik. Terlebih keluarga dapat membawa pulang atau mengunjungi kapanpun mereka mau.

Nakura-sensei menata Panti Jomponya dengan prinsip “Homely Environment” yang diyakini dapat mempermudah perasaan para orang tua yang dititipkan. CSR dari panti jompo ini yaitu tidak pernah mengusir mereka yang tidak membayar, karena merupakan norma social bagi perusahaan ini. Perawatan para lansia di Panti Jompo ini dilakukan secara modern walau tetap ceria, bersama para perawat yng terlatih baik. Tarif penitipan sekira 110-120.000 yen per bulan.

Agenda di Retirement Home  sangat mengharukan sekaligus menginspirasi. Manula-manula yang terpaut usia yang cukup jauh sangat bersemangat dan ceria menyambut kedatangan delegasi. Para Manula bahkan menyambut dengan mengucapkan kata-kata berbahasa Indonesia. Kemudian mempersembahkan sebuah nyanyian untuk menyambut delegasi. Dibalas juga dengan delegasi yang menyanyikan lagu Doraemon yang mengundang gelak tawa para manula. Delegasi juga disuguhi makanan yang dimakan para manula disana. Bahkan seorang Manula telah mempersiapkan kerajinan tangan berbentuk sendal khas jepang, dibuat dari tali rafia yang khusus dikerjakan untuk masing-masing delegasi. Beberapa manula terlihat haru dan tak kuat menahan air mata. Tersenyum bahagia pada delegasi yang mengunjunginya. Delegasi pun larut dalam suasana haru.

Meski perawatan yang ada sangat nyaman dan banyak orang yang membantu manula, namun manula sebisa mungkin diajarkan mandiri. Pada batasnya masing-masing. Para manula yang masih sanggup bahkan mencuci dan menjemur bajunya sendiri. Semangat kemandirian yang inspiratif ditunjukan oleh para pejuang kehidupan ini. Serta keramahan beriring senyum terpancar menyambut generasi muda didepannya. Seorang nenek, yang menderita Alzheimer Dementia tetap dengan ramah berbincang dengan delegasi, semampu yang ia bisa meski ingatannya seringkali terlupa.

Diakhir, menjelang perpisahan, delegasi dan para manula menyanyikan lagu perpisahan bersama.

-          Perjalanan Kembali Menuju Ruang Kesehatan Masyarakat. Seminar dan diskusi Paper mengenai kesenjangan kesehatan di Indonesia. Dipimpin langsung oleh Prof. Koyama dan ditemani oleh delegasi Unpad dan mahasiswa-mahasiswa Indonesia bagian Kesehatan Masyarkat serta staf dan sekretaris kesehatan masyarakat Gunma Universiity.

Diskusi hangat perihal masalah kesehatan masyarakat Indonesia. Tiap orang bergantian membaca satu paragraf Paper yang didiskusikan. Kemudian merangkum dan memberikan pandangannya perihal paragraf yang dibacakan. Diskusi sengit sempat terjadi antara mahasiswa Postgraduate dan delegasi, perihal tenaga kesehatan Indonesia saat ini.

Diskusi berakhir pukul 06.00

-          Makan malam bersama Nakura-Shensei dan staf. Delegasi dijemput dengan kendaraan pribadi Nakura-Shensei menuju Restoran Yakiniku ala Korea, Cho-Sen-Han-Ten.

Bercengkrama dan berdiskusi ringan mengenai Indonesia dan lain-lain.

-          Dilanjutkan dengan Karaoke bersama. Semua mendapat giliran termasuk Nakura-Shensei. Pribadi yang baik, ramah dan seringkali bersenda gurau. Disenangi orang-orang sekitarnya, mulai dari para Manula di Retirement Home hingga delegasi.

-          Kembali menuju apartemen masing-masing. Diantarkan oleh kendaraan Pribadi Nakura-Shensei.

       ***

        Setelah beberapa saat, saya terngiang sekilas percakapan pada wawancara dr Eva, saat seleksi pertukaran pelajar ini. Beliau bertanya,"Kamu mau apa disana, apa manfaatnya ?"
        
      Saya bingung. Sebelumnya, saya telah mengira bahwa pertanyaan ini akan terlontar. Dan saya pun siap dengan jawabannya. Klise sederhana, jawaban saya berbunyi seperti ini,"untuk teknologi yang lebih maju dok." Begitu yang saya latih di kosan. 
       
        Namun, saat berhadapan dengan beliau. Saya ga tega rasanya. Tampak luar, saya biasa saja. Namun dalam hati dan akal saya, sungguh kotor dan bernoda. Saat itu saya menyadari, ini alasan yang salah. Niatnya dari awal sudah tidak benar. Uang rakyat bisa terhambur karena ambisi pribadi saya semata. Saya sadar, karakter buruk telah mendarah daging dalam diri. 

         Dengan niat bertaubat, saya mencoba menjawab sejujurnya, dalam hati mulai rela dan ikhlas akan hasil yang didapat. 
        "Untuk mendidik Karakter, dok", ujar saya pelan. 

         Tak sanggup lagi saya melanjutkan. Setelahnya saya keluar ruangan, dan menunggu untuk presentasi. Alhamdulillah, klise itu tak jadi terucap. Kini saya berada pada kondisi perasaan yang telah sangat lama saya rindukan, berserah pada Allah SWT dan bersiap menerima segala konsekuensi dari-Nya. Getar dan gugup pada penguji serasa hilang. Karena saya mulai sadar, penentunya ialah Allah SWT, bukan 2 penguji jenius yang ada dihadapan saya. Mereka hanyalah perantara rezeki Allah. 

       Kini, sungguh puji syukur pada Allah SWT. Saya menyaksikan langsung karakter-karakter itu. Saya menyadar kesalahan karakter yang ada pada diri, dan mulai merenung lagi. Dalam dinginnya kota Maebashi, di jalan sepi sepulang dari Universitas, pikiran ini terus muncul dalam benak saya. Dalam langkah yang berbiaya dari uang rakyat. Setiap detik yang juga karena uang rakyat. Dan setiap butir nasi serta makanan apapun yang masuk kedalam tubuh saya, menetap menjadi daging dan meresap menjadi gen baru, ialah gen rakyat. 

        Jikalau nanti di Akhirat, diminta pertanggungjawabannya, maka saya harus berkata apa ?

        Tergugah sekali lagi, oleh sebuah perkara niat. Semoga kedepannya niat ini tetap lurus. 


Pesan Terakhir,
Tidak ada yang namanya "Dream Catcher", karena mimpi itu diwujudkan, bukan ditangkap.
Dan kawan, paling tidak rugi adalah menuliskan dan terus iringi usaha dengan Do'a. Karena rencana Allah, jauh lebih indah dari rencana makhluknya ini. Sehina apapun ia. 




Fajar Faisal Putra
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran 2010


Problema Sistem Kesehatan Nasional: Pejuang Kesehatan yang Sakit


Alhamdulillah, berkesempatan menulis lagi. Akhir-akhir ini sedang sibuk membahas tentang Sistem Kesehatan Nasioal, bersiap untuk agenda Forum Mahasiswa Berbicara 2012 Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia (ISMKI). Sistem Kesehatan Nasional, singkatnya adalah pengorganisasian serta berbagai bentuk usaha yang tujuannya untuk meningkatkan derajat kesehatan setinggi-tingginya. Dalam Sistem ini ada beberapa subsistem kesehatan, Yakni :

1. Upaya Kesehatan
2. Pembiayaan Kesehatan
3. SDM Kesehatan
4. Sedian Farmasi dan Alat Kesehatan
5. Manajemen dan Informasi Kesehatan
6. Pemberdayaan Masyarakat

Kali ini saya tertarik untuk menelaah subsistem 2 tentang Pembiayaan Kesehatan. 

Dalam Sistem Kesehatan Nasional yang saat ini dipakai, Mantan Menteri Kesehatan Indonesia Kabinet Indonesia Bersatu II, ibu Siti Fadhilah Supari menyampaikan permasalahan yang ada pada subsistem ini, tertulis pada SKN 2009 yang beliau susun sebagaimaa berikut :


"Pembiayaan kesehatan sudah semakin meningkat dari tahun ke tahun. Persentase pengeluaran nasional sektor kesehatan pada tahun 2005 adalah sebesar 0,81% dari Produk Domestik Bruto (PDB) meningkat pada tahun 2007 menjadi 1,09 % dari PDB, meskipun belum mencapai 5% dari PDB seperti dianjurkan WHO. Demikian pula dengan anggaran kesehatan, pada tahun 2004 jumlah APBN kesehatan adalah sebesar Rp 5,54 Triliun meningkat menjadi sebesar 18,75 Triliun pada tahun 2007, namun persentase terhadap seluruh APBN belum meningkat dan masih berkisar 2,6–2,8%.Pengeluaran pemerintah untuk kesehatan terus meningkat. Namun kontribusi pengeluaran pemerintah untuk kesehatan masih kecil, yaitu 38% dari total pembiayaan kesehatan. 
Proporsi pembiayaan kesehatan yang bersumber dari pemerintah belum mengutamakan upaya pencegahan dan promosi kesehatan. Cakupan jaminan pemeliharaan kesehatan sekitar 46,5% dari keseluruhan penduduk pada tahun 2008 yang sebagian besar berasal dari bantuan sosial untuk program jaminan kesehatan masyarakat miskin sebesar 76,4 juta jiwa atau 34,2%."

Ada dilema dan konflik batin antara ingin meningkatkan kualitas upaya kesehatan dan tentunya Outcome kesehatan masyarakat dengan energi atau bahan bakar upaya itu, yakni pembiayaan. Saat ini pemerintah belum jua melaksanakan amanat Undang-Undang tentang Pembiayaan Kesehatan. Yakni :


UU no 36 tahun 2009
Alokasi Anggaran Kesehatan 
Pasal 171
(1) Besar anggaran kesehatan Pemerintah dialokasikan minimal sebesar 5% (lima persen) dari anggaran pendapatan dan belanja negara di luar gaji.
(2) Besar anggaran kesehatan pemerintah daerah provinsi, kabupaten/kota dialokasikan minimal 10% (sepuluh persen) dari anggaran pendapatan dan belanja daerah di luar gaji.
(3) Besaran anggaran kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diprioritaskan untuk kepentingan pelayanan publik yang besarannya sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari anggaran kesehatan dalam anggaran pendapatan dan belanja negara dan anggaran pendapatan dan belanja daerah. 
Pasal 172
(1) Alokasi pembiayaan kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 171 ayat (3) ditujukan untuk pelayanan kesehatan di bidang pelayanan publ ik, terutama bagi penduduk miskin, kelompok lanjut usia, dan anak terlantar.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara alokasi pembiayaan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah. 
Keterangan Pasal 171 ayat (3). 
Yang dimaksud dengan “kepentingan pelayanan publik” dalam ketentuan ini adalah pelayanan kesehatan baik pelayanan preventif, pelayanan promotif, pelayanan kuratif, dan pelayanan rehabilitatif yang dibutuhkan masyarakat dalam meningkatkan derajat kesehatannya. Biaya tersebut dilakukan secara efisien dan efektif dengan mengutamakan pelayanan preventif dan pelayanan promotif dan besarnya sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari APBN dan APBD.

Namun, anggaran kesehatan yang diajukan untuk APBN 2013 hanya 31,2 trilyun (2,07%) dari rencana total APBN 2013 senilai 1.507 trilyun. 

Dengan dasar hukum yang valid dan kuat, kenapa belumlah pemangku kebijakan terkait memperjuangkan APBN dan APBD kesehatan ?

Beberapa fakta dan analisa bermunculan dalam benak saya. Sekilas, saya teringat pada sebuah survei yang dilakukan Forum Indonesia Untuk Transparansi Anggaran (FITRA) 


Ya. Amat disayangkan, mereka yang berjuang untuk menyehatkan Indonesia ternyata masih banyak yang "sakit". 

Dengan anggaran yang kini dimiliki sekitar 2-3%, telah terjadi korupsi yang besar dan memunculkan nama kementrian Kesehatan sebagai salah satu lembaga terkorup di Indonesia. 

Lantas, dengan dana yang telah dianggarkan selama ini, sudahkah optimal digunakan dan sebanding dengan kinerja Kementrian Kesehatan ?

Dalam penilaian kinerja kementrian Kesehatan tentu tidak gampang dan sederhana dinilai. Namun, terkait pengoptimalisasian anggaran, Politis Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Rieke Diah Pitaloka, mengemukakan beberapa analisa. 

Pertama, alokasi anggaran untuk belanja birokrasi lebih besar daripada untuk pelayanan publik, yakni Pelayanan publik senilai ±Rp15, 3 trilyun (49,30% dari total anggaran Kemenkes), dan Belanja birokrasi senilai ±Rp15,8 trilyun (50,83% dari total anggaran Kemenkes).
Kedua, beberapa anggaran yang termasuk kategori pelayanan publikpun terdapat mata anggaran yang mengundang pertanyaan.
1). Kegiatan yang tidak jelas lokasi dan output yang dihasilkan, yakni Laporan pengendalian lalat dan kecoa (592 laporan) senilai ± Rp 1,5 M; Peningkatan rumah tangga ber-PHBS (12 laporan) senilai ±Rp 69,4 M; dan Penanganan kasus pelanggaran disiplin dokter dan dokter gigi (500 laporan) senilai ±Rp 2,88 milyar.
2). Klaim yang plafonnya perlu dipertanyakan besarannya, Klaim rumah sakit (fasyankes) yang melayani pasien peserta jampersal (10 klaim) senilai Rp 1,559 T. Artinya per klaim, dana yang anggaran sebesar Rp 155 M; dan klaim rumah sakit yang melayani peserta program Jamkesmas (1,218 klaim) senilai Rp 5,73 T. Artinya per klaim, dana yang dianggarkan sebesar Rp 4,7 M.
3). Adanya mata anggaran tapi tidak ada program yang tertulis: a) Di kegiatan peningkatan pelayanan kefarmasian : Rp 155 juta. b) Di kegiatan peningkatan produksi dan distribusi alat kesehatan : Rp 984 juta dan 1,4 M. c) Di kegiatan perencanaan dan pendayagunaan SDM kesehatan senilai 1,39 M dan 1,114 M
4). Mata anggaran besar yang dianggap tidak sesuai dengan nilai ekonomis dari alat tersebut: Anggaran untuk alat kesehatan, kedokteran dan KB dalam rangka menuju pelayanan kelas dunia dengan sumber anggaran dari APBN murni senilai Rp 863,9 M untuk 22 unit. (APBN murni :  683,551 M dan  PHLN : 180 M ). Artinya per unit dianggarkan ± Rp 39,27 M/unit.
5). Laporan pengendalian Filariasis di daerah endermis (1 laporan ). Dana yang dianggarkan Rp 1,4 M.
Dalam pemikiran yang sederhana dan dangkal, saya menyimpulkan bahwa yang paling mendesak saat ini bukanlah kekurangan. APBN yang telah ada belumlah mampu dioptimalisasi dengan baik sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan. Jika pengelolaan yang masih jadi pekerjaan rumah belum diperbaiki, dan APBN secara semerta-merta langsung ditingkatkan jumlahnya, maka bukan tidak mungkin Kesehatan Masyarakat Indonesia yang kita impikan tidak terjadi dan biaya yang telah dikeluarkan masyarakat menjadi percuma. 
Penegakan Hukum. Penegasan konsepan yang telah kita buatkan, haruslah jelas dan adil. Saat tidak ada ujian, maka tidak semua orang akan belajar. Saat tidak ada sanksi mencontek maka semua orang akan bebas melakukannya. Tapi kita harus ingat tujuan ujian bukan untuk meluluskan atau tidak meluluskan saja. Tujuannya besar dan tidak langsungnya ialah perbaikan pendidikan. Pun begitu dengan penegakan hukum. Tujuan hukuman bukanlah menentukan siapa yang salah dan yang benar sahaja, namun menuntut perbaikan baik terhadap pelaku kesalahan dan sistem yang menyebabkan hukuman. 
Dan penegakan hukum saja tidak cukup untukperbaikan ini. Dalam kesehatan, ia ibarat langkah kuratif. Diperlukan langkah rehabilitatif untuk kesalahan yang telah ditinggalkan. Dan, untuk langkah preventif serta promotifnya, bukanlah hanya perbaikan sistem, pembuatan hukum yang lebih tegas keras ataupun disiplin, serta peningkatan gaji agar kita tidak tergoda korupsi. 
Yang harus diperbaiki adalah manusia dan alasan mereka. Tiap manusia tentu memiliki alasan dan tujuan. Namun dalam pelaksanaannya, ada koridor-kordior benar-salah, pantas-tidak pantas. Karakter bangsa haruslah dikembalikan layaknya dahulu kala. Kita adalah orang timur. Orang Barat menuntut Hak akan diri mereka, sedang Orang Timur menghargai dan bertanggung jawab pada sesama, barulah dapat membicarakan hak mereka. 
Ada masalah besar yang kini kita hadapi. Etika. Dan sangat sulit merubah orang lain. Yang paling pasti dapat kita lakukan ialah merubah diri sendiri. 
Non-violence leads to the highest ethics, which is the goal of all evolution. Until we stop harming all other living beings, we are still savages. Thomas Alfa Edison

There is an ancient Indian saying: 'We do not inherit the earth from our ancestors; we borrow it from our children.' If we use this ethic as a moral compass, then our rendezvous with reality can also become a rendezvous with opportunity. Pat Schroeder 
Sepenuh Cinta,


Fajar Faisal Putra
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran 2010

Siapa Teroris dan Siapa yang diteror ?

from the twitter account @AlqassamBrigade

Where is Human Right activist ?


's most inhuman army kills  civilians, kids, women and elders Gaza Victims in Numbers  




Medical sources: Death toll in  hit19 martyrs including 6 children, a woman two elders and more than 180 injuries













Where is Media now ?

















To the Honorable, Prime Minister Binyamin Netanyahu, President Barack Obama, please listen to anything that beating under chest.

But one thing, whatever happen, we will not go down.







Fajar Faisal Putra
#SaveGaza

Untuk Palestina : Because Our Faith is Stronger Than Their Bombs

Palestina, salah satu negara Pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia. 

Kini negara itu sedang dilanda bencana. Roket Israel menghujaninya tanpa henti semenjak pagi. Apa yang dapat kita lakukan ? Mari suarakan, mari beritakan. Beritahu mereka yang masih memiliki nurani di luar sana. Sebarkan berita ini sebanyak-banyaknya dan bantu mereka. 

Suarakan aspirasi kita pada mereka yang bertanggung jawab. Pada mereka yang harusnya berwenang membantu. Tandatangani Petisi ini, insyaAllah terkirim secara langsung pada mereka. 


Inilah mereka, tujuan petisi kita : 


Perdana Menteri Israel, Netanyahu














Presiden Amerika Serikat, Obama









Presiden Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono












Setelah suara, juga bantu mereka dengan harta jika kita punya. Donasikan sebagian kecil harta yang tertitip pada kita, untuk mereka saudara-saudari kita di Palestina. 




Because our faith is stronger than their bombs. Because our bond is stronger than their money.


Fajar Faisal Putra
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran 2010

Kami Bertanya, Dimana Hati Nurani itu.

1 Muharram 1434 Hijriah.

Kami bertanya pada tank besi dan roket yang tak mau berhenti,
Meski anak dan ayah kami terluka dihadapan desingan mesiu tak sadarkan diri,
Kenapa, Kenapa kami ? Kenapa tanah ini ?

Kami bertanya pada prajurit tegap berbaju rapi
Salahkah kami jika La Illahaillallah terucap dari bibir kami,
Salahkah kami jika menetap dg damai dan tak melukai
Salahkah kami jika pertahankan kampung halaman dan tak mau pergi

Kami bertanya pada bapak berjas berdasi rapi
kapan roketmu berhenti ?
kapan ayahku bisa diobati ?
kapan dunia bisa peduli ?

Kami bertanya pada makhluk termulia ciptaan ilahi,
Kami bertanya, dimana hati nurani itu kini ?










Mahasiswa Kedokteran, Riwayatmu Kini.


Semenjak 18 Desember 2010, telah terjadi revolusi di Tunisia dan Mesir; perang saudara di Libya; pemberontakan sipil di Bahrain, Suriah, dan Yaman; protes besar di Aljazair, Irak, Yordania, Maroko, dan Oman dan protes kecil di Kuwait, Lebanon, Mauritania, Arab Saudi, Sudan dan Sahara Barat. Korupsi, otritansi, keabsolutan monarki menjadi penyebab yang telah sekian lama dipendam masyarakat negara tersebut namun satu pertanyaan muncul, kenapa sekarang ?

Era globalisasi, dengan akses informasi lebih luas lagi telah mengakibatkan kekuasaan di banyak negara terguncang. Itu salah satu alasannya. Namun, sebaik apapun istrumen infromasi takkan bermanfaat tanpa adanya inisiator, pioner pergerakan. Siapakah dalang dari pergerakan ini ? siapakah sang pioneer pemberani yang memecah kebuntuan ?

Dialah pemuda. Dialah mahasiswa.          
       
Sejarah tak tega berbohong dan tak terkejut dengan gelombang Arab Spring yang terjadi semenjak 18 desember 2010 di Tunisia. Karena ia telah begitu sering menyaksikan pola yang sama; Pemuda pemegang tonggak perubahan. Indonesia, perlawanan akan penjajah fisik maupun pemikiran, Proklamasi, menurunkan Soekarno 1965, menurunkan Soeharto 1998. Prancis, Krisi Mei 1968, krisis paling hebat Prancis sepanjang abad 20. Yunani, penghentian rezim tiran Papendreou oleh National Union of Greek Students. Dan banyak kisah sejarah lainnya yang bermula dari pemuda. Sejarah Berulang Kembali, L’histoire se repete. Begitu kata pepatah.


Namun realita saat ini berbeda. Musuh tak menyerang dengan pedang dari depan namun menyelimuti dengan lembut dari belakang. Berselimutkan kemewahan dan kesenangan, hingga sang pejuang terlelap dan lengah saat diserang dari depan. Adalah hedonisme, “The Lifestyle that set pleasure and enjoyment of material as life goal. To the believer of this belief, having fun, party, and enjoyment is an absolute life goal, whether its please or disturb others never matter for them” begitu seorang filsuf Yunani, Democritus berpendapat. Banyak pemuda kini lengah akan sekitarnya. Berselimut dibalik status, kehilangan kepedulian, kehilangan peran. Terlebih mahasiswa kedokteran, apabila pemuda-pemuda ini nanti menjadi dokter, maka dokter dengan orientasi uang bukanlah mustahil terbentuk. Tak dapat dipungkiri jika semua orang membutuhkan uang. Namun berbeda bergantung niatnya. Beberapa mencari uang untuk hidup, namun lainnya hidup untuk mencari uang.


Hedonisme akan mengikis efektifitas pelayanan dan mengakibatkan dokter menjadi salah fokus. 

Sudah saatnya kini dokter, dan mahasiswa sebagai calon dokter berubah. Ada hutang yang harus dibayar oleh mereka pada rakyat. Pertama karena mereka juga bagian dari rakyat, jadi mereka harus berdiri dan berjuag untuk kesejahteraan diri. Kedua, karena mereka kini belajar dan berdiri atas dukungan rakyat.

RUU Pendidikan Kedokteran, pasal 58

 (1) Pendanaan Pendidikan Kedokteran menjadi tanggung jawab bersama antaraPemerintah, Pemerintah Daerah, Fakultas Kedokteran, Fakultas KedokteranGigi, Rumah Sakit Pendidikan, dan masyarakat.

(2) Pendanaan Pendidikan Kedokteran yang menjadi tanggung jawabPemerintah dan Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dialokasikan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah provinsi dan kabupaten/kota

(3) Pendanaan Pendidikan Kedokteran yang menjadi tanggung jawab FakultasKedokteran, Fakultas Kedokteran Gigi, dan Rumah Sakit Pendidikan pada ayat (1) diperoleh dari kerja sama pendidikan, penelitian, dan pengabdiankepada masyarakat.

Ada kewajiban yang harus ditunaikan disini, setelah bertahun-tahun duduk manis di kampus. Pengabdian. Karena itulah, sudah saatnya mahasiswa kedokteran sadar dan berubah untuk lebih peka dan tak lupa pada hutangnya.


Reff:
RUU Dikdok April 2012
Kusumah, Indra. 2007. Risalah Pergerakan Mahasiswa. Bandung: INDYDEC
Faisal Putra, Fajar. 2012. Community Service and Enterpreneurship as First Step for Medical Student to be a Patient-Oriented Doctor. Jatinangor
Hedonisme dan Kerapuhan Karakter Mahasiswa. [Internet]. [cited 22 july 2012]; Available from:  http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2011/12/03/168538/Hedonisme-dan-Kerapuhan-Karakter-Mahasiswa-

20 tahun. Dimana Mimpi itu Kini ?

Membuncah, menyeluruh dalam derasnya peluh, 
Rasa Kemenangan, 3 tahun yang lalu. Saat bangga jadi tuhan hamba. 

2 tiket pertunjukan kebanggaan. Kesombongan saat matinya nurani
membangga pada semua, perihal masa depan yang entah kusuka atau hanya kecongkakan sementara, 

Setahun pertama berlandaskan bangga, berjalanlah takdir sebagaimana inginnya, 
Tetiba nestapa, datang menghampiri, sisakan duka dan gulana. 

Menampar dengan kerasnya, 
"kau hanya manusia !"
"kau hanya manusia !"
tersadar batas, tersadar akan kuasa raksasa yang "Ia" punya. 

Di hadapan badan kaku lemas, tanpa daya, tanpa nafas
Bergelora durja dalam luka. Selimuti hati tanpa henti.
Bertanya dalam pertempuran hati, 
Ia yang kini dimana, dan aku yang kini tak berbeda,
dengan masa lalu yang tak pantas dirindu.

Apa itu dokter ? 
Apa itu kesuksesan ? 
Apa itu kehidupan ?
Apa itu kematian ?

Dalam lautan tanya, mimpi itu bermula. 2 oktober menjadi tanda. 
Dalam usaha dan do'a. Berlelah dan bersusah, adakah terlihat dari sana ?

Paris, sungguh jauh terasa. Tak dinyana menggores asa yang sudah ada semenjak lama. Menumpuk kebimbangan, kerikil penghalang jalan. 

Bukan hanya peluh yang deras membasuh, 
Bukan hanya detak menggelora memberontak,
Bukan hanya raga yang letih berusaha, 
Bukan hanya hati yang lelah meratapi,

2 Oktober 2012, Dimana Mimpi itu Kini ?


Spirit of Today: 24 September 2012

Hari ini bersejarah. Hari ini adalah mimpi tadi malam, mimpi kemarin sore.

Hari ini harus terus semangat.

Semangat hari ini disebabkan oleh Allah SWT, keteladanan Muhammad SAW dan sebuah Buku Biografi dari seorang yang saya kagumi. Yakni Bapak Tifatul Sembiring, Menkominfo di bukunya : Sepanjang Jalan Dakwah.

Perjuangan Dirancang oleh orang-orang Cerdas, Dilaksanakan oleh orang-orang Ikhlas, dan Dimenangkan oleh orang-orang Pemberani.

Kerja Keras, Kerja Cerdas, Kerja Ikhlas !


Sepenuh Jiwa,

Fajar Faisal Putra
Seorang Hamba

Spirit of Today: 23rd Sept 2012

Spirit of Today,

Berkaitan sama pos sebelumnya, semangat saya hari ini di-Booster oleh 2 ungkapan orang paling berpengaruh di dunia.

Tentang Ketegaran Menghadapi Musibah.

"Demi Allah, selama aku masih menjadi seorang Muslim, maka aku tidak peduli pada keadaanku" - Sayyidina Umar Ibnu Khattab
dan guru beliau, ketika mendapat cercaan dan omongan kasar dari Bani Tsaqif saat berdakwah di Thaif

"In lam yakun bika 'alayya ghadabun, falaa ubaalii ... asalkan Engkau tidak murka padaku, maka perlakuan mereka tidak aku perdulikan" Rasulullah SAW



Sepenuh Jiwa,

Fajar Faisal Putra
Seorang Hamba