Solidaritas untuk Suriah

Pada pos sebelumnya, kita telah tahu alasan kenapa manusia bisa peduli. Bagi yang belum baca silahkan klik disini


Hakikatnya manusia itu bisa peduli dan berempati karena "mirror neuron" yang dimilikinya. Namun terkadang, lama kelamaan sensasi kezhaliman, kemungkaran, dan keburukan itu menjadi biasa baginya. Otaknya ter'habituasi' dengannya. Hatinya memakluminya.

Kepedulian lahir dari rasa persaudaraan, rasa kekerabatan. Persaudaraan lahir dari persamaan. Dan mereka yang ada di Suriah sana sejatinya adalah saudara kita. Mereka sama-sama manusia. Mereka sama-sama islam.

Jika kita tidak peduli juga, berarti mari kita beristigfar sembari merenung kembali bertanya, apa benar kita juga manusia ? apa benar kita juga islam ?

”Barang siapa diantaramu melihat kemungkaran, hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya. Jika ia tak sanggup, maka dengan lidahnya. Dan jika tak sanggup juga, maka dengan hatinya, dan yang demikian itu adalah selemah-lemah iman.” ~ H.R. Muslim

Dengan hadits diatas, apabila mungkin saat ini kita belum bisa mengubahnya dengan tangan kita, mari kita ubah dengan lidah kita. Kita cerdaskan orang lain agar mereka mengerti.

Ayo sebarkan dan cerdaskan pada saudara-saudara kita yang lain. 

untuk informasi lebih lanjut, atau ingin tahu perkembangan serta propaganda yang dapat dilakukan, sila Like facebook page-nya di :


Fajar Faisal Putra
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran 2010

Surat untuk Mentee, Mereka yang berjuang dalam belantara bernama eFKa Unpad


Jatinangor, 24 Mei 2012

Untuk ‘mereka’ yang tanpa lelah berjuang dalam rimba pendidikan
-          Cahara Adhi
-          Edginov Demas
-          Erick Maulana
-          Eris Abdul Aziz
-          FM Dicky Fitra
-          Hafiz Ambyo
-          Muhammad Ramdani
-          Rafli Nur Febri

Assalamualaikum warrahmatullahiwabarakatuh,

Ikhwan shalih,
Sebentar lagi kita akan menghadapi sebuah lonjakan kecil dalam hidup kita. Ya, sebuah ujian. Ujian memang bukan segala-galanya, tapi segala-galanya dapat bermula dari ujian ini. Dalam ujian ini, yang terlihat diuji memang hanya kemampuan kecerdasan kita. Namun ternyata, dari balik itu semua, sedang diuji ‘mental’ seorang dokter.

Bila boleh saya membagi, saat akan menghadapi ujian, saya coba bayangkan nama dan usia yang tertera dalam lembaran pertanyaan itu nyata. Saya bayangkan dalam ujian lisan kita, yang saya hadapi adalah seorang anak. Seorang ayah. Seorang suami. Seorang istri. Seorang teman. Seorang sahabat. Yang saya hadapi bukanlah dokter dengan lembar evaluasi.

Ikhwan shalih, saat menjawab ujian tulisan, sungguh sedih, hingga kini belumlah efektif pembelajaran yang saya lakukan. Saya sedih saat masih saja kekeliruan saya lakukan. Saya sedih akan berbulan-bulan yang telah berjalan. Dan hasilnya, masih saja ada ‘pasien’ yang terluka karena saya. Masih saja ada penanganan yang belum saya pahami sepenuhnya.

Ikhwan shalih, setiap perasaan ini bukanlah karena waham kesempurnaan yang saya inginkan. Saya bukanlah menuntut agar dokter seharusnya sempurna. Yang saya sedihkan adalah, saat seharusnya seorang dokter bisa melakukannya tapi ia memilih untuk tidak melakukannya.
Ikhwan shalih, seorang dokter pernah berkata kepada saya, bunyinya begini,

“Dokter itu bisa salah. Tapi tidak boleh.”

Ikhwan, sungguh, meski sedikit namun kekeliruan yang kita lakukan kan berujung tangisan. Mereka yang pergi tak kan mungkin kembali.

Kita harus terus berusaha ikhwan. Namun sebuah nilai bukanlah indikator utama. Ia memang indikator kuat sebuah kepahaman. Namun, niatkanlah lebih jauh lagi. Seorang peneliti Indonesia, satu-satunya yang diterima dalam sebuah lembaga penelitian termasyhur di Amerika sana, saat ditanya IP-nya, beliau menjawab IP bukanlah kelebihan saya. IP saya 3.02. Namun kini ia terbaik dalam zamannya.

Namun, nilai tetaplah penting. Nilai adalah bonus dari segenap usaha yang kita lakukan. Dan harusnya besarnya usaha juga berbanding lurus dengan nilai yang didapatkan.

Tapi, janganlah bersedih, ikhwan. Saat nilai itu belumlah yang dinginkan, maka bersyukurlah. Bersyukurlah karena kesalahan itu terjadi saat ini, dalam sebuah habitat buatan bernama pendidikan. Karena saat kesalahan itu terjadi pada habitat alami, rimba realita, maka hukum kita sungguh keras.

Saat kita sadar kesalahan kita, berarti kita dekat pada kebenaran. Otak akan berpikir dan mengingat, ini bukan kebenaran. Dan otak akan terangsang untuk mencari kebenaran.

Terakhir, jangan ragu dan resah saat hasil belumlah sepadan dengan usaha. Saat menemui situasi “saya bisa dan mengerti, kenapa hanya segini”. Lihatlah kedalam hati, tanyakan padanya tentang kepantasan. Tanyakan padanya tentang kesungguhan. Dan tanyakan padanya tentang keikhlasan. Buka kembali lembaran-lembaran buku tebal itu, baca lagi baik-baik, pelajari lagi matang-matang. Jika telah yakin akan kebenaran itu, maka hendaklah jangan lupa sebuah realita dunia. Penguji juga manusia. Dan sistem yang ada mungkin belumlah baik. Maka maafkanlah manusia, jika manusia tidak sempurna. Maafkanlah, dan ikhlaskanlah. Allah tahu kok tentang usaha, kemampuan dan kesungguhan ikhwan shalih semua. J

Tetaplah semangat, ikhwan shalih. Jangan biarkan air mata berlinang karena kita. Jangan kecewakan ‘pasien’ kita tanggal 28 mei hingga 15 juni nanti. Sebuah panggilan untuk ber-TOBAT, Totalitas tanpa Batas.
Hamasah !

Wassalamualaikum warrahmatullahiwabarakatuh.

Sepenuh cinta,
Fajar Faisal Putra

Ke eFKa Unpad, Apa yang Kau Cari ? (2)

Setelah beberapa waktu di eFKa Unpad, realita membuka mata saya, merangsang setiap indra di tubuh saya dan menuntut saya dengan pertanyaan. Ada yang salah. Ada yang perlu diperbaiki dari hidup ini. Ada yang perlu diperbaiki dari kesehatan Indonesia khususnya, dan dari kehidupan negeri Indonesia tercinta ini umumnya. 

Ditulis dalam sebuah essay yang saya tujukan untuk menembus seleksi FIMA camp 2012. FIMA = Federation of Islamic Medical Association. Ini adalah endapan pikiran selama berbulan-bulan dekat dengan profesi kedokteran melalui apa yang saya lihat pada dokter-dokter Indonesia saat ini. Ini adalah refleksi setelah melanglang buana mencari asa di berbagai organisasi Mahasiswa Indonesia dan FK Unpad. Meski telah hampir 20 tahun hidup di sisi 2 orang dokter hebat, tapi 2 tahun di FK Unpad lebih menjelaskan semuanya. Semoga Bermanfaat. 


Menjadi Dokter : Sebuah Trinitas Mimpi


Dokter adalah profesi yang istimewa dan mulia. Dokter hari ini adalah profesi dengan peminat yang banyak di Indonesia. Peminat fakultas kedokteran Universitas Gajah Mada misalnya, pada tahun 2011 diminati oleh 21.000 orang. Sama halnya dengan fakultas kedokteran Universitas Padjadjaran, yang menjadi pilihan tertinggi peserta SNMPTN tahun 2011 di Bandung, yakni sebanyak 3.726 peserta memilihnya.

Ada beragam alasan untuk menjadi dokter. Kesejahteraan Finansial dan sosial adalah alasan yang tak dapat dipungkiri menyebabkan banjirnya peminat dokter. Bukan hanya karena minat pelajar itu sendiri, bahkan orang tua terkadang memaksakan anaknya untuk menjadi dokter. Mahalnya tarif dokter yang liberal makin menguatkan terjadinya kesalahan paradigma dokter di mata masyarakat. Tarif dokter memang merupakan hak perogratif dokter yang bersangkutan.

Dalam pandangan mayoritas masyarakat, dokter adalah mereka yang bertanya, memeriksa, memberi obat, merujuk, melakukan tindakan seperti pembedahan dan mereka dengan bayaran mahal. Tentu, siapapun akan melakukan apapun untuk kesembuhan. Karir klinisi memang merupakan karir dokter yang paling dekat dan terlihat oleh masyarakat. Karir klinisi merupakan tujuan mayoritas mahasiswa kedokteran di seluruh Indonesia. Klinisi memang sebuah karir dengan banyak manfaat. dr. Westby G. Fisher, MD, FACC dari University of Chicago's Pritzker School of Medicine menyebutkan bahwa dengan menjadi klinisi kita dapat mendapatkan penghasilan, penghormatan, pengaruh, kepercayaan dan yang paling penting kita dapat melakukan usaha penyembuhan pada satu orang dihadapan kita. Ya, klinisi adalah kerja satu orang dalam satu waktu.

Namun, klinisi bukanlah satu-satunya jenjang karir dalam profesi kedokteran.

Mimpi #1, Seorang Abdi Masyarakat
Pengobatan yang dilakukan oleh klinisi disebut juga dengan pengobatan kuratif. Namun pengobatan kuratif sebenarnya hanya berlaku pada 10-15% penduduk di Indonesia. Sedang pembiayaannya menghabiskan hampir keseluruhan dana kesehatan dari APBN, yakni 3%. Sedang pengobatan yang holistik mencakupi 85 hingga 90% penduduk Indonesia adalah pengobatan preventif dan promotif.

Pengobatan yang berfokus pada pencegahan agar jangan sampai terjadi penyakit dan promosi agar hidup lebih sehat merupakan konsumsi masyarakat intelek. Pengobatan preventif dan promotif adalah pengobatan yang sangat bergantung pada objek pengobatan, karena gaya hidup sangat berpengaruh. Inilah tantangan terbesar dalam pengobatan preventif dan promotif. Kesalahan yang sepele dapat menjadi berbahaya saat dilakukan masal atau berdampak masal. Namun penyuluhan serta segala usaha pencerdasan saat ini masihlah belum kuat dan mengikat. Rokok yang jelas-jelas berbahaya masih dianggap sebuah kelaziman. Bahkan profesional kesehatan sendiri masih ada yang merokok.

Sebatang rokok yang dihisap oleh seorang perokok adalah masalah masyarakat yang berada disekitar perokok. Namun masyarakat tersebut memilih diam dan acuh, kemungkinan karena memang belum paham tentang bahayanya atau memang merasa belum memiliki gangguan yang dapat dirasa.

Maka dari itu, dibutuhkan sebuah pemikiran-pemikiran segar nun kreatif dalam hal pencerdasan untuk memahamkan pada masyarakat. Pencerdasan bergantung pada relevansi materi yang diberikan serta bisakah materi tersebut dengan mudah langsung diaplikasikan sendiri (Yvonne Young 1994).

Pengobatan Prevetif adalah masa depan kedokteran Indonesia. Undang-undang Sistem jaminan sosial nasional yang telah disahkan akan mengindikasikan beberapa opsi kemungkinan metode. Salah satunya adalah metode Dokter keluarga dan Kapitasi. Metode Kapitasi merupakan metode pelayanan kesehatan yang upahnya dibayarkan dahulu sesuai satuan unit biaya kesehatan per orang pada seorang dokter pada populasi tertentu. Misal, seorang dokter ditunjuk menangani 2500 orang. Misalkan dalam sebulan seorang diakatakan memiliki satuan biaya kesehatan sebesar Rp 50.000 rupiah. Maka, dokter di awal bulan akan menerima upah sebesar Rp 50.000 x 2500 orang, yaitu Rp 125.000.000. Dalam bulan itu, berapapun pasien yang datang serta berapapun biayanya, pasien tidak akan membayar sepeser pun pada dokter. Untuk dokter yang ingin agar uang Rp 125 juta tersebut tidak berkurang banyak, maka ia harus berpikir bagaimana caranya agar tidak ada masyarakat yang sakit. Jawabanya adalah pengobatan preventif dan promotif.

Sistem ini diawali dengan regulasi. Sebuah undang-undang, peraturan yang holistik, mencakup seluruh rakyat Indonesia, dan mengakar. Jelaslah begitu besar peranan sebuah regulasi dalam kemaslahatan umat. Undang-undang kesehatan masyarakat adalah sebuah kekuatan dan kewajiban yang legal yang memastikan atau menjamin penduduk untuk tetap sehat, yang dengan undang-undang ini kita dapat menentukan nasib kesehatan penduduk Indonesia hingga bertahun-tahun lamanya. Regulasi, di negara kita ditentukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat. Jadi, jelaslah dalam penentuan kesehatan 100% penduduk Indonesia, dibutuhkan juga suara dokter yang jelas paham dan sadar dengan kebutuhan kesehatan masyarakat, karena dokterlah yang menghadapi masyarakat secara langsung.

Dalam pencapaian misi untuk menjadi abdi masyarakat, jelaslah begitu luas karir profesional kedokteran yang bisa ditempuh. Untuk menangani 80% kesehatan penduduk Indonesia, dibutuhkan seorang Pekerja Kesehatan Masyarakat, yang berjuang vertikal kebawah mencerdaskan masyarakat dan beriorientasi pada kemaslahatan umat. Namun, untuk kesehatan 100% penduduk Indonesia, dibutuhkan seorang politisi kesehatan yang bersih dan juga berorientasi akan masyarakat. Sebuah karir yang berjuang vertikal ke atas memperjuangkan regulasi dalam rimba politik. Dan untuk mendakwahkan segala hal yang rumit ini, membahasakannya dengan bahasa yang dimengerti masyarakat, mencerdaskan masyarakat agar tidak tertinggal informasi dan dapat terus paham akan nasibnya, dibutuhkan seorang jurnalis kesehatan yang netral maupun cerdas. Berani dan tegas mengupas setiap tindakan dan kebijakan. Sebuah profesi pengawas yang dapat mengarahkan persepsi 234,7 juta rakyat Indonesia. Sebuah profesi yang juga rimba politik, ramai dengan tunggangan ambisi-ambisi tidak bertanggung jawab sebagian manusia.

Mimpi #2, Seorang Peneliti
Penelitian saat ini menjadi konsumsi sebagian kecil cendekia kampus. Persentuhan nasib dengan penelitian hari ini sebagian besar hanya saat keperluan tugas akhir sebuah gelar. Sungguh sangat disayangkan, padahal penelitian adalah salah satu lahan terbaik memperbaiki kesehatan. Apabila cakupan seorang pekerja kesehatan masyarakat terfokus pada sebuah negara, tetapi peneliti dengan karyanya dapat mempengaruhi seisi dunia.

Dari seluruh oat-obatan yang diproduksi di dunia saat ini, 25% nya merupakan obat-obatan imunomodulator. Penyakit-penyakit yang ada saat ini dapat mempengaruhi sistem imun tubuh kita, menyebabkan terjadinya gangguan dalam keseimbangan sistem imun. Sistem imun yang mencakup hampir seluruh penyakit yang ada menjadi prospek yang baik bagi industri obat dan peneliti imunomodulator. Namun, sadarkah kita dengan maksud sebenarnya dari realita ini ? dengan banyaknya tercipta inovasi dan karya dalam imunomodulator, berarti saat ini pengobatan terfokus pada hal bagaimana sistem imun tubuh jangan turun atau jangan naik bukannya terfokus bagaimana penyebab sistem imun terganggu ini dapat dihilangkan. Buktinya apa ? hingga saat ini, pengobatan untuk penyebab autoimunitas belum ditemukan sama sekali. Yang ada hanya menghambat penyakit dan menambah sedikit waktu atau usia manusia.

Benarkah obat-obatan yang seperti ini adalah batas dari kemampuan manusia ? Kita tidak akan tahu jawabannya jika kita tidak mencarinya. Adapun pencarian itu tidak lain dan tidak bukan melalui penelitian.
Indonesia, adalah negara kaya dalam banyak hal. Indonesia melimpah sumber daya alamnya, sangat beragam flora dan faunanya, serta begitu kaya tradisi dan kebudayaannya. Banyak potensi yang tersimpan pada kekayaan itu. Di dunia terdapat 40 ribu spesies tanaman, dan sekitar 30 ribu spesies berada di Indonesia. Dari jumlah tersebut sebanyak 9.600 di antaranya terbukti memiliki khasiat sebagai obat. Bahkan, sekitar 400 spesies dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Kecendrungan pemakaian obat tradisional saat ini meningkat, namun masih terdapat banyak stigma dan keraguan akan obat herbal. Salah satu alasannya ialah belum adanya uji klinis yang membuktikan efektifitas khasiat dan keamanan penggunaan obat tradisional tersebut.  Realita yang merupakan sebuah panggilan untuk cendekia-cendekia Indonesia agar dapat meneliti dan berbakti untuk negeri.

Indonesia, selain kaya akan potensi ternyata juga kaya akan masalah. Besarnya jumlah penduduk Indonesia dapat melipatgandakan dampak sebuah masalah kesehatan yang terjadi. Saat ini Indonesia menempati peringkat 5 dalam masalah TBC di dunia, peringkat 2 dalam masalah kebutaan, hanya kalah dengan Ethiopia yang berada di peringkat 1 dan banyak prestasi-prestasi buruk lainnya. Ditambah dengan keterbatasan fasilitas dan infrastruktur yang ada di Indonesia, masalah ini adalah sebuah tantangan untuk solusi kreatif dan inovatif bagi cendekia-cendekia indonesia. Masalah-masalah yang ada menjadi sebuah panggilan untuk solusi yang kreatiif, realistis dan teruji secara ilmiah. Tidak lain tidak bukan, adalah penelitian.

Namun, kadang profesi peneliti dipandang tidak memberikan jaminan kesejahteraan yang baik. Data WHO menyebutkan, sebanyak empat miliar orang penduduk dunia menggunakan herbal. Sedang jumlah penduduk dunia pada tahun 2011 menurut PBB sebanyak 7 miliar jiwa. Di Amerika bisnis herbal tumbuh 35 persen per tahun (1988 -1997). Di Eropa pasar herbal saat ini bernilai 7,4 miliar dolar. Dan, di Eropa herbal telah diklasifikasikan sebagai `obat.' Masuk urutan nomor dua setelah Brasil, Indonesia memiliki 40 ribu spesies tanaman. Sebanyak 7.500 di antaranya adalah tanaman berkhasiat, 1.845 spesies telah Diinventarisasi, 940 spesies telah teridentifikasi, dan 283 spesies terdaftar di BPOM sebagai bahan jamu. Ini memang hanya di Indonesia dan hanya pada bidang obat-obatan tradisional. Masih begitu besar potensi yang dapat diraih dalam bidang yang berkembang sangat cepat seperti bidang molekuler dan biokimia.

Menjadi peneliti, dengan segala usaha yang dilakukan sesungguhnya adalah bentuk ibadah pada Allah SWT. Hasil penelitian akan dapat bertahan dan ada kemungkinan akan digunakan banyak orang bahkan seluruh manusia di dunia. Kebaikan dan manfaat yang kita dapatkan dari penelitian dapat menjadi amal jariyah yang pahalnya kan terus mengalir meski kita telah tiada. Penelitian sungguh merupakan investasi akhirat sembari memperbaiki dunia dengan kebermanfaatan. Penelitian adalah dakwah pada kebaikan.

Mimpi #3, Seorang Klinisi
Memang, seorang pekerja kesehatan masyarakat dapat menyelamatkan jutaan hingga miliaran manusia. Seorang politisi dapat memperbaiki suatu negara. Dan seorang peneliti dapat mempengaruhi dunia. Namun dokter macam apa yang tidak dapat menyelamatkan seorang manusia dihadapannya ?

Klinisi adalah unsur penting dalam kesehatan. Klinisi adalah mereka yang paling dekat dengan pasien. Klinisi adalah mereka yang menghadapi keluarga. Klinisi adalah mereka yang melihat air mata, mereka yang melihat syukur dan lega serta melihat canda dan tawa.

Jujur, klinisi adalah sebuah pekerjaan yang sulit dipelajari dan dilakukan. Tren yang berkembang di negara maju seperti Amerika adalah pengurangan minat terhadap klinisi. Asosiasi Medis Amerika mencatat terjadi penurunan dari 90.000 hingga 200.000 klinisi di Amerika. Dalam publikasi yang berjudul Will the Last Physician in America Please Turn Off the Lights: A Look at America's Looming Doctor disebutkan bahwa lama dan mahalnya pendidikan kedokteran, ancaman malpraktik dan besarnya biaya yang harus dibayarkan jika terbukti bersalah, rendahnya jaminan pengembalian biaya dan saat penduduk negara telah memiliki jaminan kesehatan, maka semakin mengurangi pemasukan dokter dari praktik sendiri.

Kelangkaan klinisi sungguh berbahaya bagi sebuah negara. Terlebih untuk negara yang jumlah dokternya kurang dan belum merata seperti Indonesia. Indonesia saat ini memiliki 40 ribu orang dokter dari 70 ribu orang yang dibutuhkan. Dengan jumlah yang ada, 1 orang dokter Indonesia menangani sekitar 3400 orang penduduk. Namun karena penyebaran dokter tidak merata, maka ada kemungkinan lebih besar.

Dokter yang ada saat ini mayoritas tidak ingin mengabdi ke daerah terpencil dan sangat terpencil. Semenjak dihapuskannya Wajib Kerja Sarjana karena alasan hak asasi manusia, jumlah dokter di daerah saat ini semakin menurun. Untuk dokter yang mendaftar menjadi pegawai tidak tetap pada tahun 2011 hanya 3.782 orang. Saat ini, 25% puskesmas di Indonesia tidak memiliki dokter dan banyak rumah sakit di luar Jawa yang tidak memiliki spesialis.

Paradigma yang salah akan rezeki menjadi salah satu penyebab. Mayoritas berpendapat rezeki bertumpuk pada perkotaan yang mewah dan penuh fasilitas. Namun hal tersebut tidaklah sepenuhnya benar. Logikanya, saat menjadi dokter di daerah, seorang dokter akan khusus karena ia mungkin satu-satunya tujuan berobat. Terlebih saat telah menjadi spesialis, ia akan menjadi pilihan utama dan dengan sedikit kesabaran, pasien akan terus berdatangan. Dan karena saat ini permasalahan tenaga kerja dokter diambil alih oleh Pemda, maka Pemda biasanya mengiming-imingi dengan fasilitas yang berbeda dengan di kota besar seperti rumah, kendaraan, dan insentif.

Terakhir, untuk para pejuang kesehatan Indonesia : “gaji boleh dari pemerintah, tapi rezeki tetap dari Allah” – dr Nurmatani Sp.PK

Sepenuh Cinta, 
Fajar Faisal Putra
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran 2010


Refferensi

http://www.inilah.com/read/detail/1562202/program-studi-unggulan-masih-diburu-peserta-snmptn
http://kampus.okezone.com/read/2011/12/19/373/544150/kedokteran-dan-keguruan-jadi-incaran
http://drwes.blogspot.com/2010/05/top-ten-reasons-to-be-doctor.html
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12286466
WHO
http://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/info-sehat/10/09/22/135722-ini-lho-potensi-obat-herbal-di-indonesia
http://www.voaindonesia.com/content/pbb-jumlah-penduduk-dunia-7-miliar-jiwa-132664883/99980.html
Buku : Public Health Law: Power. Duty. Restraint. Lawrence O. Gostin
http://www.forbes.com/2008/05/05/physicians-training-prospects-lead-careers-cx_tw_0505doctors.html
http://metrotvnews.com/metromain/news/2011/06/15/54767/Indonesia-Kekurangan-Banyak-Dokter
http://health.kompas.com/read/2012/01/07/06551688/Jumlah.Dokter.Cukup.Sebaran.Tak.Merata

Kenapa Kita Bisa Peduli ?

Mirror Neuron, alasan biologis kita peduli

Mirror Neuron, adalah saraf-saraf yang ditemukan pada bagian Brooca disekitar parietal bawah otak manusia. Kasarnya, berada di sisi kiri kanan otak manusia. Mirror Neuron, aktif saat seseorang melakukan sebuah kerja atau juga jikalau seseorang melakukan kerja. 

Mirror Neuron disinyalir sangat berfungsi saat kita belajar, memperhatikan, serta mendengarkan. Yang mampu membuat kita dapat meniru apa yang dilakukan atau dikatakan oleh orang lain. Dengan adanya Mirror Neuron, kita juga dapat menerka serta menganalisa apa yang diinginkan oleh orang lain. 


Namun, sebuah manfaat lain tertunjukan pada mirror Neuron. Saat dilakukan pengetesan dengan MRI, electroencephalography (EEG) and magnetoencephalography (MEG) ternyata terdapat aktifitas otak pada lokasi anterior insula,anterior cingulate cortex, and inferior frontal cortex saat dihadapkan dengan berbagai macam bentuk emosi. Dan tubuh tanpa disadari melakukan gerakan-gerakan setelah melihat berbagai bentuk emosi tersebut. (Decety 2002). 


Hal ini mendukung sebuah hipotesis yang sering terdengar, bahwa ternyata 

SEMANGAT ITU MENULAR 

Dengan melihat orang lain, otak kita kan teraktivasi dan secara tidak sadar akan melakukan apa yang dilakukan oleh orang itu, dan bukan tak mungkin dapat merasakan juga apa yang dirasakan oleh orang tersebut. 

Secara biologis, sebenarnya kita telah memiliki alasan untuk Peduli. 

Namun ternyata, Rasulullah pernah bersabda dalam haditsnya yang artinya :

Seorang Mukmin merupakan cermin bagi mukmin lainnya, yang apabila ia melihat aib pada saudaranya, ia memperbaikinya. (HR Bukhari)

Sesungguhnya kita telah memiliki alasan yang kuat untuk peduli. Tapi kenapa, banyak manusia rela melukai saudaranya ? dan kenapa banyak yang hanya diam saja ?

Kenapa Manusia Berhenti Peduli

Alasan #1 : karena ia tidak tahu. karena ia tidak faham. karena ia mungkin saja mendapatkan informasi yang salah. ia mungkin saja tidak tersentuh dengan banyak berita penderitaan yang ada didunia. karena dunianya menjauhkannya dari hal itu

Alasan #2 : karena ia menolak untuk tahu. karena ia acuh. mungkin kejenuhan, mungkin keresahan, mungkin kekecewaan hidup membuatnya menyesal pernah peduli. hingga ia yang sengaja menjauhkan diri. 

Alasan #3 : karena ia tahu dan faham, namun ia merasa benar. ia merasa beberapa manusia pantas mendapatkannya, entah dengan alasan apapun. ia merasa, mereka yang salah patut merasakan, mungkin hal yang pernah dirasakannya dahulu. 

Alasan #4 : karena ia merasa hal itu tidak berpengaruh pada kehidupannya. ia merasa peduli tidak peduli sama saja. ia merasa, mereka yang menderita itu bukan saya, bukan keluarga saya, bukan teman saya, bukan kerabat yang dikenal saya, bukan orang dari negara saya, serta banyak bukan lainnya. satu yang tidak mungkin ia sanggah, bahwa yang menderita itu adalah manusia juga. dalam kesamaan timbul persaudaraan. saat yang menderita ini manusia, adalah wajar jika manusia lain peduli karena dengan prinsip persamaan ini menjadikan tiap manusia bersaudara. saat mereka yang menganggap diri manusia tidak peduli, patut dipertanyakan lagi, BENARKAH IA MANUSIA ? 

Kita telah tahu, kenapa sebenarnya kita dapat peduli. Kita juga telah tahu, kenapa sebenarnya kita masih belum peduli. Dosa itu takkan terhitung jika sang empunya atau pelaku dosa tidak tahu menahu tentang apa yang dinilai menimbulkan dosa dan apa yang tidak. Kini kita telah tahu, jadi bukankah dosa dapat timbul saat kita mengabaikannya ?

Bagaimana cara kita "Mulai" Peduli ?

1. Peka dan paham dahulu hal yang terjadi disekitar kita. 
2. Internalisasi dan coba visualisasikan diri. Bayangkan, jika perihal tersebut terjadi pada diri kita sendiri
3. Sadari kapasitas diri, dan lakukan dari apa yang kita bisa.
4. Setelah jadi peduli, ajaklah orang lain untuk peduli.
Karena Sepotong lidi kan patah sedang seikat lidi kan bertahan lebih lama.

Wahai saudara,
dimana engkau berada ?
kenapa kini sepi terasa, tanpa kehadiranmu, yang kucinta

dimana semua asa,
yang dulu pernah kita hembuskan bersama,

dimana kau berada, kini diri dalam derita,
bantuanmu tak kunjung ada, sedang gulana pelan-pelan menyekap realita.

dalam dinginnya dekap malam gulita,
aku meminta pada-Nya,
"Kembalikan hati saudara hamba, wahai penguasa alam semesta. Seperti sedia kala laiknya bayi suci tak bercela"

Untuk saudaraku, yang sedang sakit 'Hati'nya di Indonesia


Fajar Faisal Putra
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran



Temukan Tambang Emasmu

Teman, pernahkah kita berpikir, saat melihat kegemilangan dan kesuksesan orang lain, terpikirkan bahwa sebenarnya aku bisa melakukan apa yang dia lakukan. Pernahkah saat melihat kesuksesan itu, kita terpikir"aku sesungguhnya lebih baik dari mereka"

Teman, jujur, saya pernah seperti itu.

Kesuksesan terjadi di depan kita, sungguh bukan karena mereka memang dikaruniai hal yang lebih baik, karena,

"Sungguh kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya" QS At-Tin : 4

Logika ini mengatakan, semua manusia itu sesungguhnya baik. Saat sebelum lahir, anda adalah 1 sel terpilih dari 280 juta sel sperma yang berenang menuju Ovum. Anda adalah pemenang semenjak sebelum lahir. "You are natural born champion"

Saat telah bertemu, ovum membesar, dan anda lahir, sungguh anda adalah 1 dari ribuan manusia pilihan yang dilahirkan normal. Bayangkan, betapa banyaknya mereka yang bahkan tidak sempat lahir, bayangkan betapa banyak mereka yang lahir namun dengan kecacatan. 

Kita istimewa, teman. Itu yang harus kita sadari, semenjak lahir. 

Saya sadar saya istimewa, cukupkah bekal untuk sukses mulia ?

Belum teman. Satu rahasia akan saya bagi pada teman-teman. Sebenarnya, kita punya otak yang sama bentuknya, sama fungsinya, dan seharusnya sama efisiensinya dengan Einstein, Newton, dsb.

Kita sebenarnya punya 24 jam yang sama panjangnya dengan Rasulullah dan pemimpin-pemimpin sukses lainnya. 

Lantas, apa yang membuat mereka berbeda ?

1. mereka punya misi dan tujuan hidup yang jelas.

saat hidup mengikuti arus, saat hidup bagaikan air yang mengalir, sadarkah bahwa air itu hanya mengalir ke tempat yang lebih rendah ? sadarkah, bahkan air juga mengalir ke septi tank ?

maukah hidup teman-teman bergantung pada dataran takdir yang ditentukan orang lain ? 

saat punya misi dan tujuan hidup, pikiran akan lebih terarah, hingga pencapaian lebih jelas. Dan saat ber-visi jauh kedepan, secara tidak langsung mengajak tubuh untuk berakselerasi mengikuti angin mimpi. Diri mau tidak mau harus berkembang baik dan lebih baik lagi agar tujuan menjadi kenyataan. 

Misal, saat bermimpi dapat melompati sungai yang lebarnya 2 meter, maka akan terpatok sebuah usaha untu 2 meter itu. Sehingga, saat ternyata dihadang oleh sungai yang jaraknya hanya 1 meter, maka dengan mudahnya kita bisa melompatinya.

Jadi, dengan tujuan hidup yang jelas, jauh kedepan, kita dapat mengajak diri berakselerasi hingga lebih baik lagi. 

2. Berkarakter dan Kenal Diri Sendiri

Karakter adalah emas. karakter adalah kemuliaan yang tak lekang oleh keadaan. Karakter menjadikan manusia bersifat refleks pada setiap hal yang terjadi tanpa perlu dipikirkan lagi. Karakter membuat manusia bertahan dari terjangan-terjangan kenyataan. 

Sungguh, begitu pentingnya karakter bagi seorang manusia. Tanpanya, ia dapat terombang-ambing ombak kehidupan. Tanpanya, ia kan melayang tanpa arah dalam angkasa kebutaan. 

Pasalnya, manusia kadang tidak sadar karakter dirinya sendiri. Manusia, terlalu sering "look out", melihat kesuksesan orang lain dan mencoba meniru mentah-mentah caranya. Manusia itu berbeda, terkhusus dalam cara dan metode pembelajaran. Dan kita, sungguh sangat jarang "look in", melihat pada diri sendiri seraya bertanya, "apa sebenarnya yang kupunya ?"

"Bukankah hidup ada perhentian, tak harus gentar terus berlari. Kuhelakan nafas panjang, tuk siap berlari kembali" - Sang Penghibur, Padi

Berhentilah sejenak, renungkan dalam-dalam, seraya bertanya, "Siapakah saya ?"

Kenali diri sendiri, kenali potensi, lalu gali. 

Ibarat menambang emas, sungguh sang penambang harus tahu dahulu dimana letak emas-emas itu. Penambang harus menemukan tambang emasnya, baru ia dapat meraup logam mulia itu sebanyak-banyaknya. 

Jadi, temukanlah tambang emasmu !


Fajar Faisal Putra
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran 2010

Hiduplah Seperti Tukang Parkir

Kita semua tentu tahu siapa itu tukang parkir. Benar, tukang parkir itu adalah bapak-bapak atau abang-abang yang dengan tulus ikhlas menjaga kendaraan kita dengan bayaran minimal. 

Tukang parkir, lebih kenal mobil dibanding saya. Sudah berpengalaman melihat berbagai jenis mobil. Mobil luar maupun dalam negeri, mobil berkarat hingga mobil yang luar biasa hebat. Ia tentu juga lebih ahli dalam dunia motor. Pakar otomotif dapat kiranya disematkan padanya. 

Tukang parkir, 'meminjamkan' lahannya agar bisa ditempati sementara bagi pengendara. Setelah itu, saat pengendara ingin pergi, tukang parkir 'ikhlas' melepaskan, dengan tarif Rp 2000 untuk mobil dan Rp 1000 untuk motor. 

Bayangkan, mobil seharga ratusan juta rupiah rela dilepaskan hanya dengan harga dua ribu rupiah. 

Kenapa ? Jelas, karena mobil itu bukan milik tukang parkir. Tukang parkir hanya 'dititipi' sebentar saja. 

Sebenarnya, begitu juga dengan manusia. Manusia, dengan segala yang ada padanya, itu semua hanya 'titipan' sementara. Namun, entah kenapa titipan itu terasa sebagai milik sendiri. Kadang kita ga sadar, semua itu bukan milik kita. Hanya karena telah lama ada pada kita bukan berarti itu milik kita. 

Namun, sisi lain yang dapat dipandang, adalah dengan merasa semua hal dalam kehidupan kita adalah titipan, yang sewaktu-waktu dapat diambil kembali oleh pemiliknya, maka optimalkanlah, manfaatkanlah dengan sebaik-baiknya. Anak adalah titipan, maka perlakukanlah sebaik mungkin. #logikatitipan ini mau tidak mau mengharuskan kita bersikap terbaik tiap saat, agar tidak timbul penyesalan. #logikatitipan menuntut manusia berubah jadi bentuk terbaiknya. Optimal, efektif, efisien. 

Pesan saya, baik-baiklah pada anak, pada orang tua, pada keluarga, dan pada siapapun. Hadirkanlah pribadi yang terbaik didepan mereka. Sembunyikan muram durja, dan tunjukan senyuman padanya. Kenapa ? Karena semangat itu menular. Tidak percaya ? Coba buka, tanyakan pada syekh Google, ketik pubmed Central. Setelah menemukan jurnal terbesar kedokteran tersebut, coba ketik "mirror nerve". 

Dalam penelitian, saat seorang melihat orang yang kesusahan, lalu diperiksa gelombang otaknya, maka gelombang otak mereka mirip. Dia yang kesusahan akan menularkan perasaan itu pada mereka yang melihatnya. 

"Seorang mukmin adalah cerminan bagi mukmin lainnya. Apabila ia melihat aib pada saudaranya, maka ia berusaha memperbaikinya" - Hadits 

Luar biasa bukan ? Jadi, mari belajar pada tukang parkir. :) 



Fajar Faisal Putra
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran 2010


Dunia tetap Berlanjut, Kawan

Dunia tetap berlanjut, kawan,
meski dalam temaram, keremangan tujuan dan kenyataan

Dunia tetap berlanjut, kawan,
meski dalam hitam, linangan kesedihan

Dunia tetap berlanjut, kawan,
meski dalam suram, tapi ini jalan Impian !

Jerman, dalam pelukan cita dan asa,
kau lekatkan kuat-kuat dalam hati baja,
melawan karat dunia, gangguan dan cobaan masa depan,

kau bukan manusia biasa, bebanmu luar biasa,
beban luar biasa, pendidik mereka yang sukses mulia,

kau memang sekadar manusia, tapi bukan manusia sekadarnya,

hiduplah ! hiduplah ! hidupkanlah hidupmu kawan !
lepaslah kegalauan, jauhilah kebingungan, bungkamlah keheningan !

lihatlah pada dirimu yang luar biasa,
banggalah, pertahankanlah, dan gapailah lebih,

lapangkanlah hatimu, besarkanlah jiwamu,
banggakan 'ia' yang kini terbaring dalam sunyi,

kabarkanlah berita gembira padanya,
tunjukan Jerman padanya,
tunjukan manisnya iman padanya,
tunjukan usaha terbaikmu, kawan

tajamkanlah keinginan, bukalah jalan, dan ikhlaskan pikiran,
dalam redupnya jalan impian, dalam sepinya jalan harapan,
aku menunggumu,
mari kita beriringan bersama, kawan,