Membuncah, menyeluruh dalam derasnya peluh, 
Rasa Kemenangan, 3 tahun yang lalu. Saat bangga jadi tuhan hamba. 

2 tiket pertunjukan kebanggaan. Kesombongan saat matinya nurani
membangga pada semua, perihal masa depan yang entah kusuka atau hanya kecongkakan sementara, 

Setahun pertama berlandaskan bangga, berjalanlah takdir sebagaimana inginnya, 
Tetiba nestapa, datang menghampiri, sisakan duka dan gulana. 

Menampar dengan kerasnya, 
"kau hanya manusia !"
"kau hanya manusia !"
tersadar batas, tersadar akan kuasa raksasa yang "Ia" punya. 

Di hadapan badan kaku lemas, tanpa daya, tanpa nafas
Bergelora durja dalam luka. Selimuti hati tanpa henti.
Bertanya dalam pertempuran hati, 
Ia yang kini dimana, dan aku yang kini tak berbeda,
dengan masa lalu yang tak pantas dirindu.

Apa itu dokter ? 
Apa itu kesuksesan ? 
Apa itu kehidupan ?
Apa itu kematian ?

Dalam lautan tanya, mimpi itu bermula. 2 oktober menjadi tanda. 
Dalam usaha dan do'a. Berlelah dan bersusah, adakah terlihat dari sana ?

Paris, sungguh jauh terasa. Tak dinyana menggores asa yang sudah ada semenjak lama. Menumpuk kebimbangan, kerikil penghalang jalan. 

Bukan hanya peluh yang deras membasuh, 
Bukan hanya detak menggelora memberontak,
Bukan hanya raga yang letih berusaha, 
Bukan hanya hati yang lelah meratapi,

2 Oktober 2012, Dimana Mimpi itu Kini ?