Dengan Menyebut Nama Allah
by : Gigi

Dengan menyebut nama Allah

Jalani hidupmu
Yakinkan niatmu
Jangan pernah ragu



Dengan menyebut nama Allah
Bulatkan tekadmu
Menempuh nasibmu
Kemanapun menuju



Chorus:
Serahkanlah hidup dan matimu
Serahkanlah pada Allah semata
Serahkanlah duka gembiramu
Agar damai
Senantiasa hidupmu


Pertama kali denger lagu ini udah lama. Tapi pertama kali ter-Hidayahi oleh lagu ini adalah saat nonton Serial Religi Para Pencari Tuhan jilid 6. 

Saat itu Isa, (saya lupa nama karakternya di PPT) ibarat sempit dunia baginya, dihadapannya hanya ada kesusahan. Ibu tirinya keguguran. Beliau ditinggalkan atau terjauh dari pasangannya. Pekerjaan Ibu dan ayah tirinya juga haram, yakni menjual Miras. Isa kemudian juga ditinggal kedua temannya, melki dan aden (yang saya juga lupa nama karakternya), yang akhirnya dapat menikah dan memiliki separuh agamanya. Sedang bang Jack yang biasa nemenin, biasa senasib seperjuangan kini juga sedang berusaha mencari jodohnya. Dan tinggallah Isa sendiri, serta banyak lagi kesusahan yang diahadapinya. 

Saat keluar dari rumah ibunya, paska keguguran, Juki (akhirnya saya ingat namanya) yang tertunduk, berjalan menuju kegelapan, dan diiringi oleh lagu "Dengan Menyebut Nama Allah"

Seketika dalam scene itu, saya tertegun, tersentak dan kagum pada kehangatan kesabaran. Dengan setiap cobaan kehidupan, apapun yang dilakuka, hidup akan terus berjalan. Jadi pilihannya ialah menjalani hidup atau menyaksikan hidup berjalan. Dalam setiap cobaan, niat keimanan harus teguh. Yakinlah bahwa setiap hal yang terjadi berasal dari Allah SWT. Apapun cobaanya, ga mungkin cobaan itu adalah sesuatu yang ga mampu diatasi oleh manusia yang diuji tersebut. 

Maka, cobaan akan menjadi loncatan dan metode pengajaran langsung dari Allah SWT. Cobaan, bagi yang sabar dan teguh menghadapinya, akan mendidik dan menempatkan orang yang diuji pada tingkatan yang lebih tinggi. 

Coba kita ingat kisah kesuksesan orang besar. Chairul Tanjung, Bob Sadino, Buya Hamka, Bung Hatta, Bahkan Rasulullah SAW. 

Banyak kisah sukses kehidupan yang mengatakan bahwa kehidupan yang keras telah menempanya menjadi pribadi sukses. Namun sesungguhnya, Allahlah yang menempa mereka. Allahlah yang menempatkan kehidupan keras serta mempertemukan kesempatan dan menurunkan rezeki pada mereka. Yang dibutuhkan hanya keteguhan hati dan kesabaran. 

Namun, hal tersebut diatas hanya akan menjemput kesuksesan dalam kehidupan. Yang lebih baik lagi adalah, kesuksesan dalam kehidupan dan kematian. Itulah yang dicontohkan Rasulullah, para sahabat, Buya hamka dan banyak orang lainnya. Mereka meraih kesuksesan didunia sembari mempersiapkan bekal diakhirat kelak. Orang yang benar-benar sukses, orang yang sangat visioner. 

Adapun, meraihnya tidak mudah. 
Memang seperti itulah Dakwah. Dakwah adalah cinta. Dan Cinta akan meminta semuanya dari dirimu. Sampai pikiranmu. Sampai perhatianmu. Berjalan, duduk, dan tidurmu. Bahkan ditengah lelapmu, isi mimpimupun dakwah. Tentang Ummat yang kau cintai. - Ust Rahmat Abdullah  
Tulus, lurus, dan terus. 

Kehidupan yang dijalani harus tulus karena Allah. Tiap hari, minimal 5 kali sehari mendeklarasikan diri, bahwa "Shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah ta'ala" Jadi deklarasinya palsu atau kita selama ini terus mengucapkan apa yang tidak kita kerjakan ? Hati-hati loh, bisa mendapat dosa besar. 

"Wahai orang-orang yang beriman ! Mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan ? Itu sangat dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa apa yang tidak kamu kerjakan." (As-Saff ayat 2-3)

Niat harus terus diluruskan. Niat diawal, ngelakuin sesuatu sebenernya buat siapa sih. Buat Allah bukan ? 

"Innamal a'malu binniyat" sesungguhnya amalan dinilai berdasar niat, HR. Umar. 

Niat yang diterima hanya niat karena Allah. Selain itu sia-sia. Niat usaha demi harta hanya dapat hartanya. Kasihan telah berlelah namun keridho'annya ga didapet. Niat ditengah, pas awalnya udah karena Allah, pas ditengah-tengah coba tanya lagi, masih buat Allah ga sih ? 

Diakhir selesai melakukan sesuatu, coba tanyakan lagi pada diri. Jadi semua itu sudahkah murni karna Allah semata ?

Dan terus. Setelah mampu melakukannya, yang harus dilakukan adalah istiqomah untuk pekerjaan-pekerjaan lainnya. Istiqomah dalam surat Hud 112, saat turun ayat itu, Rasulullah itu seakan membungkuk bagaikan tertekan punggungnya. Karena beratnya keistiqomahan itu. Sungguh sangat berat. Bergetarlah sahabat mendengar ayat itu. Mereka yang benar-benar sadar, bahwa dalam kelabilan manusia, keseimbangan amat sangat sulit dicapai. Namun bukan tidak mungkin. 

Terakhir, seperti kisah Ibnu Qayyim Al Jauziyah, yang nerbitin salah satu buku laris beliau, "Kunci Kebahagiaan" (bisa didonlot kok, banyak gratisannya, silahkan search aja). 

Saat ditangkap, beliau tersenyum dan bilang Alhamdulillah, inilah saat saya diuji dan diperhatikan oleh Allah SWT. Saat akan dihukum mati, beliau berkata Alhamdulillah, Allah merelakan saya untuk syahid dijalannya. 

Meski dalam hujatan, omongan, dan prasangka. Kalo udah ikhlas buat Allah ya bahagia ada terus. Biar aja hanya Allah yang berhak menilai tindakan kita. Udah gitu, duka gembira bakal damai senantiasa hidup kita. 


Serahkanlah hidup dan matimu
Serahkanlah pada Allah semata
Serahkanlah duka gembiramu
Agar damai
Senantiasa hidupmu




Fajar Faisal Putra
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran 2010