"Sesungguhnya orang-orang mu'min adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat." (Al Hujurat:10)

“Tidaklah dua orang muslim berjumpa, lalu keduanya berjabat tangan, kecuali keduanya diampuni sebelum keduanya bepisah.” (H.R. Abu Daud)


Persaudaraan, dalam bahasa Arab terambil dari kata “Ukhuwah”, yang akar katanya berarti memperhatikan. Makna asal ini mengesankan bahwa persaudaraan mengharuskan adanya perhatian semua pihak yang merasa bersaudara.

Boleh jadi persaudaraan itu berasal dari sebuah persamaan. Persamaan keturunan, suku, agama, profesi, perasaan, menjadikan makna ukhuwah lebih luas lagi.

Persamaan adalah faktor penunjang lahirnya persaudaraan. Semakin banyak persamaan maka akan semakin kokoh persaudaraan. Persamaan cita dan rasa biasanya menjadi faktor dominan persaudaraan yang hakiki, hingga pada akhirnya bahkan mampu menjadikan seseorang dapat merasakan penderitaan saudaranya, mengulurkan tangan tanpa diminta, dan memperlakukan saudaranya bukan atas dasar untung rugi, tapi,
“Mengutamakan orang lain atas diri mereka, walau diri mereka sendiri kekurangan” (QS Al-Hasyr [59]: 9).


Persaingan yang ada bukanlah alasan untuk berpecah. Hakikatnya, setiap muslim itu bersaudara. "Di sekitar Arsy ada menara-menara dari cahaya. Di dalamnya ada orang-orang yang pakaiannya dari cahaya dan wajah-wajah mereka bercahaya. Mereka bukan para nabi atau syuhada'. Para nabi dan syuhada' iri kepada mereka. Ketika ditanya para shahabat, Rasulullah menjawab, "Mereka adalah orang-orang yang saling mencintai karena Allah, saling bersahabat karena Allah dan saling kunjung karena Allah."

Persaingan adalah salah satu cara untuk menguatkan kelompok. Perhatikanlah saat Timnas Indonesia bertanding melawan musuh-musuhnya, Gelora Bung Karno dibanjiri kaos merah, rata tanpa beda. Yang dulunya mengaku “the jack”, “Viking”, “Bonek”, dan banyak lainnya berjabat bersatu dalam teriakan ”Indonesia!”. Tidak peduli kaya miskin, tua muda, dari Aceh sampai Papua punya hak yang sama untuk satu.
Untuk berpecah itu mudah. Siapapun bisa lakukannya. Namun untuk bersatu, terkadang menahan nafsu yang menggebu, meredam amarah yang berkecamuk, merendahkan hati melapangkan dada, maka hanya mereka yang bermental baja yang bisa. Ini kompetisi, Bung ! Namun bukan hanya manusia yang kita lawan. Sesungguhnya ini kompetisi melawan nafsu dan setan yang ada dalam diri. Dan sungguh, saat telah melakukan yang terbaik, maka terimalah hasil yang didapat. Bukankah itu hakikat sportifitas ? Relakah menodai seluruh usaha hanya untuk seberkas harga diri ?

"Dan Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Perkasa, lagi Maha Bijaksana." (Al Anfaal:63)

Persaudaraan tidak bisa dibeli. Persaudaraan adalah sebuah kewajiban yang harus diamalkan dan dipelajari.
Dari Jubair Ibnu Muth'im Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Tidak akan masuk surga seorang pemutus, yaitu pemutus tali kekerabatan."

Tulisan ini juga dimuat dalam Buletin Mediastinum KAMI Asysyifaa' FK Unpad


Fajar Faisal Putra
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran