Tertatih dalam pendakian, sakit dalam penurunan.
Memandang, merenung, memaknai kehampaan.

Berhenti sejenak dalam arus deras kehidupan, mengambil nafas, tertinggal langkah namun bersiap meninggalkan dengan langkah lebih besar dan panjang.

berteman gelap, bermandikan kesunyian.

mengerling dari kejauhan, menatap dengan keberanian.
Menuntut pemilik badan luruskan jalan.

Ia yang termakan godaan. ia yang tak sabar menahan. ia yang seakan lupa kematian. Hanya bisa menyesal kemudian.

Kesusahan terpancar dalam tatapan. Terlukis hati yang tak lagi mapan.

Mata yang enggan terlelap, menunggu tuan segera bertobat.
Dalam lamunan menyusun harap, pada sisa waktu entah berapa lama itu.

Bertanya pada sahabat, kenapa kini kita jarang tenggelam dalam akrab, kenapa kini kita cinta berdebat.

kini kita tak lagi sejalan dalam dekat.
kini kita memanggul beban berat.
maka, dosakah jika punggung ini ikut memanggulnya juga, wahai sahabat ?

Tangan tak lagi tergenggam.
teriakan hati bersembunyi dalam kerutan.
kau dan aku, kita hanyalah korban.

bukan kesombongan. bukan keangkuhan.
hanya saja nurani telah lelah dalam perdebatan.
batin yang letih dalam kepura-puraan.
dan cobaan yang terus sebabkan pertempuran, sedang bantuan tak kunjung datang.

kita begitu berbeda. nasib kita tak sama
namun kita sejatinya sama.
kita yang memilih memeluk mimpi, memperjuangkan asa.

tenanglah, wahai kawanku. bukankah manisnya hidup terasa setelah perjuangan ?
lepaskan keheningan itu. bukalah dadamu.
jurang kehidupan menganga menunggumu namun kami disini siap membantu.

hadapi dunia berani, kawan.
tinggalkanlah muram hitam, desak diri hingga tujuan.

dunia belum henti, teman, begitu juga mimpi kita.
kutunggu kau di akhir perjalanan ini teman, dalam indahnya perjuangan, dalam manisnya puncak keberhasilan