Semenjak 18 Desember 2010, telah
terjadi revolusi di Tunisia dan Mesir; perang saudara di Libya; pemberontakan
sipil di Bahrain, Suriah, dan Yaman; protes besar di Aljazair, Irak, Yordania,
Maroko, dan Oman dan protes kecil di Kuwait, Lebanon, Mauritania, Arab Saudi,
Sudan dan Sahara Barat. Korupsi, otritansi, keabsolutan monarki menjadi
penyebab yang telah sekian lama dipendam masyarakat negara tersebut namun satu
pertanyaan muncul, kenapa sekarang ?
Era globalisasi, dengan akses
informasi lebih luas lagi telah mengakibatkan kekuasaan di banyak negara
terguncang. Itu salah satu alasannya. Namun, sebaik apapun istrumen infromasi
takkan bermanfaat tanpa adanya inisiator, pioner pergerakan. Siapakah dalang dari
pergerakan ini ? siapakah sang pioneer pemberani yang memecah kebuntuan ?
Dialah pemuda.
Dialah mahasiswa.
Sejarah tak tega berbohong dan
tak terkejut dengan gelombang Arab Spring
yang terjadi semenjak 18 desember 2010 di Tunisia. Karena ia telah begitu
sering menyaksikan pola yang sama; Pemuda pemegang tonggak perubahan.
Indonesia, perlawanan akan penjajah fisik maupun pemikiran, Proklamasi, menurunkan
Soekarno 1965, menurunkan Soeharto 1998. Prancis, Krisi Mei 1968, krisis paling
hebat Prancis sepanjang abad 20. Yunani, penghentian rezim tiran Papendreou
oleh National Union of Greek Students.
Dan banyak kisah sejarah lainnya yang bermula dari pemuda. Sejarah Berulang
Kembali, L’histoire se repete. Begitu
kata pepatah.
Namun realita saat
ini berbeda. Musuh tak menyerang dengan pedang dari depan namun menyelimuti
dengan lembut dari belakang. Berselimutkan kemewahan dan kesenangan, hingga
sang pejuang terlelap dan lengah saat diserang dari depan. Adalah hedonisme, “The Lifestyle that set pleasure and enjoyment
of material as life goal. To the believer of this belief, having fun, party,
and enjoyment is an absolute life goal, whether its please or disturb others
never matter for them” begitu seorang filsuf Yunani, Democritus
berpendapat. Banyak pemuda kini lengah akan sekitarnya. Berselimut dibalik
status, kehilangan kepedulian, kehilangan peran. Terlebih mahasiswa kedokteran,
apabila pemuda-pemuda ini nanti menjadi dokter, maka dokter dengan orientasi
uang bukanlah mustahil terbentuk. Tak dapat dipungkiri jika semua orang
membutuhkan uang. Namun berbeda bergantung niatnya. Beberapa mencari uang untuk
hidup, namun lainnya hidup untuk mencari uang.
Hedonisme akan mengikis
efektifitas pelayanan dan mengakibatkan dokter menjadi salah fokus.
Sudah saatnya kini dokter, dan mahasiswa
sebagai calon dokter berubah. Ada hutang yang harus dibayar oleh mereka pada
rakyat. Pertama karena mereka juga bagian dari rakyat, jadi mereka harus
berdiri dan berjuag untuk kesejahteraan diri. Kedua, karena mereka kini belajar
dan berdiri atas dukungan rakyat.
RUU Pendidikan Kedokteran, pasal
58
(1) Pendanaan Pendidikan Kedokteran menjadi
tanggung jawab bersama antaraPemerintah, Pemerintah Daerah, Fakultas
Kedokteran, Fakultas KedokteranGigi, Rumah Sakit Pendidikan, dan masyarakat.
(2) Pendanaan Pendidikan
Kedokteran yang menjadi tanggung jawabPemerintah dan Pemerintah Daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dialokasikan dalam Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara, dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah provinsi dan kabupaten/kota
(3) Pendanaan Pendidikan
Kedokteran yang menjadi tanggung jawab FakultasKedokteran, Fakultas Kedokteran
Gigi, dan Rumah Sakit Pendidikan pada ayat (1) diperoleh dari kerja sama
pendidikan, penelitian, dan pengabdiankepada masyarakat.
Ada kewajiban yang harus
ditunaikan disini, setelah bertahun-tahun duduk manis di kampus. Pengabdian.
Karena itulah, sudah saatnya mahasiswa kedokteran sadar dan berubah untuk lebih
peka dan tak lupa pada hutangnya.
Reff:
RUU Dikdok April 2012
Kusumah, Indra. 2007. Risalah Pergerakan Mahasiswa. Bandung:
INDYDEC
Faisal Putra, Fajar. 2012. Community
Service and Enterpreneurship as First Step for Medical Student to be a
Patient-Oriented Doctor. Jatinangor
Hedonisme dan Kerapuhan Karakter Mahasiswa. [Internet]. [cited 22
july 2012]; Available from: http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2011/12/03/168538/Hedonisme-dan-Kerapuhan-Karakter-Mahasiswa-
Posting Komentar