Setelah sekian lama lupa dan tak lagi membaca-baca soal Natsir, Hamka, Hatta, H. Agus Salim, kembali teringat soal orang besar itu. Dahulu berkesempatan membaca buku Mengenang 100 tahun Muhammad Natsir milik seorang teman, rupanya ada jua buku sejenis soal Hamka yang berjudul Mengenang 100 tahun Hamka.

Di buku itu tertulis sebuah puisi luar biasa dari seorang Hamka muda saat melihat seniornya Muhammad Natsir setelah berpidato pada sidang konstituante tahun 1957. Puisi yang menggetarkan hati nan telah banyak nodanya ini, menampar jiwa yang begitu sempit dan malas berbenah, merongrong asa yang hampir padam. Begini bunyi puisi itu;

Kepada Saudaraku M. Natsir

Meskipun bersilang keris di leher
Berkilat pedang di hadapan matamu
Namun yang benar kau sebut juga benar


Cita Muhammad biarlah lahir
Bongkar apinya sampai bertemu
Hidangkan di atas persada nusa

Jibril berdiri sebelah kananmu
Mikail berdiri sebelah kiri


Lindungan Ilahi memberimu tenaga
Suka dan duka kita hadapi


Suaramu wahai Natsir, suara kaum-mu
Kemana lagi, Natsir kemana kita lagi


Ini berjuta kawan sepaham
Hidup dan mati bersama-sama
Untuk menuntut Ridha Ilahi


Dan aku pun masukkan
Dalam daftarmu…..!



Tol Padaleunyi, sepuluh oktober dua ribu lima belas.