Sekilas perjalanan, Universitas Padjadjaran - Gunma Daigaku Exchange Program 2012. Kebetulan sedang ditugaskan membuat laporan perjalanan untuk Laporan Pertanggungjawaban pada dekanat FK Unpad. Karena jarang-jarang berkesempatan nulis, jadi saya pos aja deh. 

Ini 2 hari, hari selasa dan rabu yang jadi tugas saya. Hari-hari lainnya meyusul. Bahasanya bahasa formal banget, maklumlah bahasa LPJ, hehe. 

Kunjungan Selasa 11 desember 2012

-          Kunjungan ke departemen Penyakit Dalam bagian Kardiologi. Diawali lecture mengenai EKG oleh Kepala Departemen, Prof. Kurabayashi. Metode pengajaran yang menarik dan mengutamakan pemahaman konsep dasar. Berimbang dan cerdas dalam hal memahamkan. Mengerti kapan harus diorientasikan pada hal-hal klinis dan kapan harus benar-benar memahamkan konsep dasar. Melibatkan mahasiswa untuk ikut berpikir dan terserap secara optimal karena mampu mendorong partisipasi dan keaktifan mahasiswa. Penjelasan yang sistematis dan atraktif namun logis. Serta perihal terbaik ialah sisi apresiasi dari professor terhadap mahasiswa. Sabar mengajarkan tanpa pernah menyalahkan sedikit pun. Namun membenarkan. Sangat menghargai pendapat asalkan rasional meski dari mahasiswa.

Selanjutnya kunjungan pada ruang rawat inap departemen Penyakit dalam, dengan penjelasan dan kuis-kuis singkat dari professor. Kemudian diakhiri dengan kunjungan pada ruangan pemeriksaan kardiologis, seperti ruang Echocardiography, Electrocardiography, Automatic Blood Pressure machine dan sebagainya.

-          Makan siang di ruang kafetaria mahasiswa, Ishi Hall bersama Delegasi Gunma University. Sembari persiapan untuk kunjungan departemen Anatomi di ruang Laboratorium Anatomi.

-          Kunjungan ke departemen Anatomi. Melihat ruangan laboratorium Anatomi yang sedang digunakan untuk proses belajar mengajar mahasiswa tahun kedua. Dipandu oleh Prof. Murakami dari bagian Anatomi. Disini setiap kelompok yang terdiri dari 4 orang mahasiswa bertanggung jawab atas satu cadaver yang digunakan selama 2 bulan penuh kelas anatomi. Setiap cadaver telah di CT-Scan terlebih dahulu, sehingga telah ada data imaging-nya pada server dan komputer laboratorium anatomi. Setiap kelompok mendapat 1 fasilitas IPAD 2 yang dapat mengakses data cadavernya masing-masing. Dan setiap data dapat diakses dan dilihat perlapisan secara 3 dimensi, mulai dari lapisan kulit, pembuluh darah, otot, tulang hingga organ dalam dapat terlihat. Dengan mengombinasikan teknologi dan penglihatan langsung yang konvensional dapat memaksimalkan pemahaman mahasiswa terhadap ilmu anatomi. Hal ini berdampak pada ketertarikan mahasiswa yang tinggi terhadap departemen anatomi dan nilai rata-rata mahasiswa yang baik pada ujian anatomi. Ruangan laboratorium juga difasilitasi dengan sistem ventilasi yang sangat baik pada tiap meja pemeriksaan, dengan 1 layar besar di depan kelas dan beberapa televisi layar datar yang menampilkan hal yang sama pada layar besa. Hingga mahasiswa yang duduk di belakang dapat melihat pengajaran yang sama dengan yang didepan.

Mengenai cadaver, Jepang adalah salah satu negara yang memiliki asosiasi pendonor tubuh yang baik. Warga negara Jepang menganggap mendonasikan tubuhnya untuk kepentingan ilmu pengetahuan ialah hal yang terhormat. Kebiasaan ini memudahkan proses belajar mengajar di Gunma University. Bahkan mantan Professor anatominya pun mendonasikan tubuhnya untuk departemen anatomi.

Setelah 3 bulan cadaver dimaksimalkan untuk proses belajar mengajar, kemudian cadaver yang digunakan dikremasi atau dimakamkan. Gunma University sendiri yang mengadakan proses pemakaman dihadiri oleh seluruh mahasiswa yang mengikuti kelas anatomi dan keluarga jenazah. Proses pendidikan karakter apresiatif dan membalas budi kepada mahasiswa. Pemahaman nilai sumpah kedokteran mengenai menghargai kehidupan pasien yang sangat baik diterapkan oleh Gunma University. Dilaksanakan rutin setiap berakhir kelas anatomi.

-          Kembali menuju ruangan base camp delegasi di lantai 5 Departemen Kesehatan Masyrakat. Shalat dan setelahnya menuju supermarket untuk membeli bahan-bahan makan malam.
-          Pulang ke apartemen Nakano Koichiro. Memasak dan mempersiapkan makan malam bersama. Delegasi Gunma memasak Nabe dan Takoyaki untuk dimakan bersama. Sembari menonton video sewaan dan bercengkrama bersama.

-          Selesai menonton kembali menuju apartemen masing-masing.

Kunjungan Rabu 12 Desember 2012
-          Kunjungan menuju kantor prefektur Gunma, Bangunan tertinggi di kota Maebashi. Melihat-lihat puncak bangunan prefektural dan seluruh kota Gunma

-          Makan siang bersama Prof. Hiroshi Koyama, Kepala Departemen Kesehatan Masyarakat pada restoran Italia di Puncak Bangunan Kantor Prefektural. Memakan makanan khas Bangladesh dibuatkan oleh koki asal bangladesh yang beragama muslim dan merupakan kenalan Prof. Koyama.

-          Dilanjutkan kunjungan menuju salah satu Retirement Home milik dr. Takao Nakura. Terdiri dari 3 lantai dan sudah berdiri selama 15 tahun. Fasilitas ini memiliki pelayanan Inpatient dan Outpatient.

Di Jepang yang memiliki angka harapan hidup tinggi, populasi manusia lanjut usia (Manula) sangat besar. Namun banyak anak yang menitipkan orang tuanya ke retirement Home karena kesibukan kerja dan tidak ada yang mengurus. Kedudukan tiap manusia di Jepang sangat dihargai dan dianggap setara meski dengan perbedaan penghasilan. Oleh karena itu tidak ada yang menjadi pembantu rumah tangga di Jepang. Retirement Home yang dilengkapi dengan tenaga medis dan perawat yang siaga 24 jam serta klinik dan angkutan transportasi menjadi pilihan untuk kualitas hidup yang lebih baik. Terlebih keluarga dapat membawa pulang atau mengunjungi kapanpun mereka mau.

Nakura-sensei menata Panti Jomponya dengan prinsip “Homely Environment” yang diyakini dapat mempermudah perasaan para orang tua yang dititipkan. CSR dari panti jompo ini yaitu tidak pernah mengusir mereka yang tidak membayar, karena merupakan norma social bagi perusahaan ini. Perawatan para lansia di Panti Jompo ini dilakukan secara modern walau tetap ceria, bersama para perawat yng terlatih baik. Tarif penitipan sekira 110-120.000 yen per bulan.

Agenda di Retirement Home  sangat mengharukan sekaligus menginspirasi. Manula-manula yang terpaut usia yang cukup jauh sangat bersemangat dan ceria menyambut kedatangan delegasi. Para Manula bahkan menyambut dengan mengucapkan kata-kata berbahasa Indonesia. Kemudian mempersembahkan sebuah nyanyian untuk menyambut delegasi. Dibalas juga dengan delegasi yang menyanyikan lagu Doraemon yang mengundang gelak tawa para manula. Delegasi juga disuguhi makanan yang dimakan para manula disana. Bahkan seorang Manula telah mempersiapkan kerajinan tangan berbentuk sendal khas jepang, dibuat dari tali rafia yang khusus dikerjakan untuk masing-masing delegasi. Beberapa manula terlihat haru dan tak kuat menahan air mata. Tersenyum bahagia pada delegasi yang mengunjunginya. Delegasi pun larut dalam suasana haru.

Meski perawatan yang ada sangat nyaman dan banyak orang yang membantu manula, namun manula sebisa mungkin diajarkan mandiri. Pada batasnya masing-masing. Para manula yang masih sanggup bahkan mencuci dan menjemur bajunya sendiri. Semangat kemandirian yang inspiratif ditunjukan oleh para pejuang kehidupan ini. Serta keramahan beriring senyum terpancar menyambut generasi muda didepannya. Seorang nenek, yang menderita Alzheimer Dementia tetap dengan ramah berbincang dengan delegasi, semampu yang ia bisa meski ingatannya seringkali terlupa.

Diakhir, menjelang perpisahan, delegasi dan para manula menyanyikan lagu perpisahan bersama.

-          Perjalanan Kembali Menuju Ruang Kesehatan Masyarakat. Seminar dan diskusi Paper mengenai kesenjangan kesehatan di Indonesia. Dipimpin langsung oleh Prof. Koyama dan ditemani oleh delegasi Unpad dan mahasiswa-mahasiswa Indonesia bagian Kesehatan Masyarkat serta staf dan sekretaris kesehatan masyarakat Gunma Universiity.

Diskusi hangat perihal masalah kesehatan masyarakat Indonesia. Tiap orang bergantian membaca satu paragraf Paper yang didiskusikan. Kemudian merangkum dan memberikan pandangannya perihal paragraf yang dibacakan. Diskusi sengit sempat terjadi antara mahasiswa Postgraduate dan delegasi, perihal tenaga kesehatan Indonesia saat ini.

Diskusi berakhir pukul 06.00

-          Makan malam bersama Nakura-Shensei dan staf. Delegasi dijemput dengan kendaraan pribadi Nakura-Shensei menuju Restoran Yakiniku ala Korea, Cho-Sen-Han-Ten.

Bercengkrama dan berdiskusi ringan mengenai Indonesia dan lain-lain.

-          Dilanjutkan dengan Karaoke bersama. Semua mendapat giliran termasuk Nakura-Shensei. Pribadi yang baik, ramah dan seringkali bersenda gurau. Disenangi orang-orang sekitarnya, mulai dari para Manula di Retirement Home hingga delegasi.

-          Kembali menuju apartemen masing-masing. Diantarkan oleh kendaraan Pribadi Nakura-Shensei.

       ***

        Setelah beberapa saat, saya terngiang sekilas percakapan pada wawancara dr Eva, saat seleksi pertukaran pelajar ini. Beliau bertanya,"Kamu mau apa disana, apa manfaatnya ?"
        
      Saya bingung. Sebelumnya, saya telah mengira bahwa pertanyaan ini akan terlontar. Dan saya pun siap dengan jawabannya. Klise sederhana, jawaban saya berbunyi seperti ini,"untuk teknologi yang lebih maju dok." Begitu yang saya latih di kosan. 
       
        Namun, saat berhadapan dengan beliau. Saya ga tega rasanya. Tampak luar, saya biasa saja. Namun dalam hati dan akal saya, sungguh kotor dan bernoda. Saat itu saya menyadari, ini alasan yang salah. Niatnya dari awal sudah tidak benar. Uang rakyat bisa terhambur karena ambisi pribadi saya semata. Saya sadar, karakter buruk telah mendarah daging dalam diri. 

         Dengan niat bertaubat, saya mencoba menjawab sejujurnya, dalam hati mulai rela dan ikhlas akan hasil yang didapat. 
        "Untuk mendidik Karakter, dok", ujar saya pelan. 

         Tak sanggup lagi saya melanjutkan. Setelahnya saya keluar ruangan, dan menunggu untuk presentasi. Alhamdulillah, klise itu tak jadi terucap. Kini saya berada pada kondisi perasaan yang telah sangat lama saya rindukan, berserah pada Allah SWT dan bersiap menerima segala konsekuensi dari-Nya. Getar dan gugup pada penguji serasa hilang. Karena saya mulai sadar, penentunya ialah Allah SWT, bukan 2 penguji jenius yang ada dihadapan saya. Mereka hanyalah perantara rezeki Allah. 

       Kini, sungguh puji syukur pada Allah SWT. Saya menyaksikan langsung karakter-karakter itu. Saya menyadar kesalahan karakter yang ada pada diri, dan mulai merenung lagi. Dalam dinginnya kota Maebashi, di jalan sepi sepulang dari Universitas, pikiran ini terus muncul dalam benak saya. Dalam langkah yang berbiaya dari uang rakyat. Setiap detik yang juga karena uang rakyat. Dan setiap butir nasi serta makanan apapun yang masuk kedalam tubuh saya, menetap menjadi daging dan meresap menjadi gen baru, ialah gen rakyat. 

        Jikalau nanti di Akhirat, diminta pertanggungjawabannya, maka saya harus berkata apa ?

        Tergugah sekali lagi, oleh sebuah perkara niat. Semoga kedepannya niat ini tetap lurus. 


Pesan Terakhir,
Tidak ada yang namanya "Dream Catcher", karena mimpi itu diwujudkan, bukan ditangkap.
Dan kawan, paling tidak rugi adalah menuliskan dan terus iringi usaha dengan Do'a. Karena rencana Allah, jauh lebih indah dari rencana makhluknya ini. Sehina apapun ia. 




Fajar Faisal Putra
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran 2010