Teman-teman para pembaca pasti  pernah bahkan telah mengalami ketergantungan mengikuti tayangan infotainment, dan pasti sudah tak asing lagi dengan berita perceraian para artis dan orang-orang terkenal. Sebut saja Ikke Nurjanah dan Aldy Bragi, Ahmad Dani dan Maia Estianty, Yuni Shara dan Henry Siahaan, hingga pasangan yang bahkan telah menelurkan album duet romantis saat menikah, siapa lagi kalau bukan Krisdayanti dan Anang Hermansyah. Meski sekarang juga masih tetap mengeluarkan album duet romantis. 

Selain dikalangan artis, tentu saja perceraian banyak terjadi pada masyarakat kita. DI kabupaten Bogor misalnya, pada bulan Maret tahun ini tercatat sekitar 500 wanita menggugat cerai suaminya. KDRT (kekerasan dalam rumah tangga), suami yang menelantarkan istri, atau tidak bertanggung jawab terhadap keluarga merupakan beberapa dari banyak alasan para istri tersebut mengajukan gugatan. 

Menurut Psikolog ternama, Elly Risman, dalam poskota.co.id, pada pasangan-pasangan yang mengajukana atau mengalami perceraian, ditemukan bahwa pihak prianya kebanyakan mengidap Peter Pan Syndrome. 

Sindrom Peter Pan adalah istilah psikologi populer yang menggambarkan pria dewasa yang memiliki ketidakmatangan sosial. Meski belum terdaftar dalam textbook psychiatry atau kedokteran manapun, istilah ini telah populer sejak tahun 1983. Adalah DR. Dan Kiley yang mempopulerkan istilah ini saat ia mempublikasikan tulisannya yang berjudul The Peter Pan Syndrome : Men Who Have Never Grown Up

Berbagai macam studi terkini tentang masyarakat banyak membahas mengenai kebiasaan anak laki-laki di masa sekarang, dimana, anak laki-laki ini biasanya selalu dibelikan berbagai macam mainan, seperti mobil-mobilan, orang-orangan, dan sebagainya. Mereka terbiasa hanya menerima, dan setiap penolakan, akan dijawab dengan rengekan dan tangisan, dan kebanyakan orang tua selalu memenuhinya. Mereka baik secara langsung ataupun tidak langsung diajarkan untuk tidak mau mendapat penolakan atau kritikan. 

Dalam dua dekade terakhir ini, tercatat bahwa banyak sekali pria mengalami kegagalan dalam menjalin hubungan dengan pasangannya. Kehidupan individualistis, kurangnya pendidikan tentang kehidupan sosial, dan berbagai macam gaya hidup zaman sekarang seperti home schooling juga memiliki andil yang besar pada ketidakmampuan kebanyakan pria untuk megungkapkan perasaannya dan mengekspresikan kemarahan dengan benar. Oleh karenanya, pria sering kali merasa sendiri, karena seakan tidak ada yang mampu untuk mengerti dirinya, dan akibatnya, membuat mereka memiliki temperamen yang tinggi dan keras ketika berkomunikasi dan berprilaku sehar-hari.



Dalam bukunya, Dan Kiley menyimpulkan, bahwa pria yang didiagnosis terkena Peter Pan Syndrome biasanya memiliki beberapa ciri-ciri fisilogis, yaitu :

Emosi yang tidak stabil atau meledak-ledak
Amarah yang sering kali ditransformasikan jadi suatu amukan
Apabila menyenangi sesuatu, diekspresikan dengan cara yang berlebihan. Misalnya seperti Histeris
Kekecewaan yang didapat, biasanya diubah jadi depresi

Kemudian, timbulah pertanyaan dalam benak kita, 

Lantas, bagaimana ciri-ciri diatas dapat mempengaruhi kehidupan seorang pria ? 

Pria, jika didiagnosis memiliki Peter Pan Syndrome, biasanya, Sulit mengekspresikan rasa Cinta. Dikarenakan kesulitan mengekspresikan berbagai hal. Menolak untuk membagi perasaan mereka. Mereka kehilangan ‘sentuhan’ dengan emosi mereka dan mereka tidak mengerti apa yang mereka rasakan. Menangguh-nangguhkan. Selalu merasa salah dan kesulitan untuk bersantai. Tidak punya hubungan yang benar dengan teman-temannya. Mereka percaya teman bisa dibeli. Mudah panik dan merasa putus asa akan usaha mereka sendiri. 

Meminta maaf akan tindakan yang kurang sopan bukanlah pilihan mereka. Mereka cenderung menyalahkan orang lain, jadi mereka tidak terfokus akan batasan dan kekurangannya. 

Sedangkan, untuk orang-orang terdekat seperti keluarga, mereka biasanya memiliki :
Ketergantungan akan ibunya
Hubungan dengan ayah biasanya kurang baik
Mereka percaya, bahwa rasa sayang dan pengakuan dari ayah itu tidak bisa diperoleh
Kurang suka melihat sosok-sosok yang berwibawa
Biasanya tidak matang secara emosional
Suka memamerkan sikap yang terbilang tolol
Memiliki tindak-tanduk yang terlihat ‘macho’ untuk menyembunyikan kelemahannya karena perasaan takut mendapat penolakan

Kemudian, jikalau pria dengan Peter Pan Syndrome membina suatu hubungan dengan wanita, mereka biasanya menjadi tipe yang amat penceburu dan kerap memamerkan dan menunjukan perilaku-perilaku kasar dan meledak-ledak. Mereka biasana mudah terprovokasi ketika pasangannya menyatakan suatu bentuk kebebasan. 

Ketergantungan akan pasangannya amat penting pada pria dengan Peter Pan Syndrome untuk merasa dapat melindungi pasangannya. Ketautan akan impotensi dan penolakan dapat berakibat pada perilaku yang kasar. Pria akan memandang rendah wanita dan terlihat kuat dan tegas saat merasa terancam akan kebebasan pasangannya. Rasa takut untuk tampil lemah dan tidak jantan di depan teman-temannya membuat pria-pria ini menolak untuk berbagi perasaannya pada wanita. 

Sejak awal, ciri-ciri ini mungkin telah menjadi suatu ciri khas diri kita atau orang-orang yang kita kenal. Ciri-ciri ini memang amat dekat dengan keseharian masyarakat Indonesia, mulai dari petani hingga kaum intelek seperti mahasiswa dan dokter. Ketakutan orang lain melebihinya. Perasaan yang menolak segala kemampuan yang melebihi dirinya. Keegoisan yang dalam kondisi apapun, takkan pernah mau mengakui kesalahannya. Menyalahkan telah jadi karakter dalam dirinya. Tidak mampu menerima mereka yang lebih berwibawa, dan kecemburuan yang ekstrim dalam hal apapun. Inilah yang disebutPeter Pan Syndrome. 
Mungkin saat kini kita belum mengakuinya, tapi, benarkah kita tidak mengalami sindrom ini ?  benarkah ciri-ciri itu bukan sifat kita ? 

Tulisan ini pernah diterbitkan dalam majalah Medicinus FK Unpad tahun 2011


Fajar Faisal Putra
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran 2010