Pada setiap kejadian dalam hidup manusia, ada porsi-porsi bagi manusia lain untuk dapat membuat manusia makin mendekatkan diri lagi pada Allah. 
Setiap kejadian. InsyaAllah.

Itu namanya hikmah.

Namun kadang hikmah tak kita terima dalam bentuk; ceramah nan menggugah; tulisan nan indah; atau nasehat yang mengubah.

Kadang bentuknya berbeda. Kadang ia tersembunyi dalam hal yang membuat kecewa. Kadang ia tersembunyi dalam teguran yang memicu amarah di dada. Kadang berupa sikap yang tak enak hati jadinya.

Maafkanlah hati manusia, karena kadang tak siap menerima takdirNya.

Tapi bila pemahaman bahwa setiap hal ini terjadi atas kehendakNya, maka entah bagaimanapun bentuknya, bahkan bilapun sampai akhir nanti kita belum temukan juga hikmah atas berbagai kejadian dalam hidup kita, insyaAllah hati bisa tetap tenang.

"Sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang dia kehendaki dan memberi petunjuk orang yang bertaubat kepadaNya, (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram." Qs Ar Rad : 27-28

Keimanan, bisa kita pelajari dari kisah Nabi Khidir dan Nabi Musa A.s. Kita insyaAllah tahu bagaimana kisahnya, Nabi Musa A.s yang belajar pada Nabi Khidir dengan prasyarat bahwa segala tindakan Nabi Khidir tak boleh dipertanyakan apalagi ditolak. Kita mungkin ingat ada peristiwa membunuh, ada pengrusakan kapal, dan ada pembangunan rumah. 

Kejadian yang pertama adalah saat Nabi Khidir menghancurkan perahu yang ditumpangi mereka bersama. Nabi Musa tidak kuasa untuk menahan hatinya untuk bertanya kepada Nabi Khidir. 
Setelah mereka sampai di suatu daratan, Nabi Khidir membunuh seorang anak yang sedang bermain dengan kawan-kawannnya. Peristiwa pembunuhan yang dilakukan oleh Nabi Khidir tersebut membuat Nabi Musa tak kuasa untuk menanyakan hal tersebut kepada Nabi Khidir. Nabi Khidir kembali mengingatkan janji Nabi Musa, dan dia diberi kesempatan terakhir untuk tidak bertanya-tanya terhadap segala sesuatu yang dilakukan oleh Nabi Khidir, jika masih bertanya lagi maka Nabi Musa harus rela untuk tidak mengikuti perjalanan bersama Nabi Khidir.Selanjutnya mereka melanjutkan perjalanan hingga sampai disuatu wilayah perumahan. Mereka kelelahan dan hendak meminta bantuan kepada penduduk sekitar. Namun sikap penduduk sekitar tidak bersahabat dan tidak mau menerima kehadiran mereka, hal ini membuat Nabi Musa merasa kesal terhadap penduduk itu. Setelah dikecewakan oleh penduduk, Nabi Khidir malah menyuruh Nabi Musa untuk bersama-samanya memperbaiki tembok suatu rumah yang rusak di daerah tersebut. Nabi Musa tidak kuasa kembali untuk bertanya terhadap sikap Nabi Khidir ini yang membantu memperbaiki tembok rumah setelah penduduk menzalimi mereka. 

Nabi Khidir, telah dikaruniai oleh Allah pengetahuan. Sehingga tahu bahwa semua hal yang dilakukannya ada hikmahnya. 

Kejadian pertama adalah Nabi Khidir menghancurkan perahu yang mereka tumpangi karena perahu itu dimiliki oleh seorang yang miskin dan di daerah itu tinggallah seorang raja yang suka merampas perahu miliki rakyatnya.
Kejadian yang kedua, Nabi Khidir menjelaskan bahwa dia membunuh seorang anak karena kedua orang tuanya adalah pasangan yang beriman dan jika anak ini menjadi dewasa dapat mendorong bapak dan ibunya menjadi orang yang sesat dan kufur. Kematian anak ini digantikan dengan anak yang shalih dan lebih mengasihi kedua bapak-ibunya hingga ke anak cucunya.
Kejadian yang ketiga (terakhir), Nabi Khidir menjelaskan bahwa rumah yang dinding diperbaiki itu adalah milik dua orang kakak beradik yatim yang tinggal di kota tersebut. Didalam rumah tersebut tersimpan harta benda yang ditujukan untuk mereka berdua. Ayah kedua kakak beradik ini telah meninggal dunia dan merupakan seorang yang shalih. Jika tembok rumah tersebut runtuh, maka bisa dipastikan bahwa harta yang tersimpan tersebut akan ditemukan oleh orang-orang di kota itu yang sebagian besar masih menyembah berhala, sedangkan kedua kakak beradik tersebut masih cukup kecil untuk dapat mengelola peninggalan harta ayahnya.

Sedang Nabi Musa A.s belumlah dikaruniai oleh Allah pengetahuan itu. Maka sikap terbaik adalah berhusnudzan bahwa ini semua ada hikmahnya. Ada alasan dibalik semua tindakan Nabi Khidir. Namun kadang, laiknya manusia mulia itu, belum tentu bisa bersabar untuk mengetahui hikmah-hikmah tersebut. Hati kecil kita bertanya-tanya pada hal-hal yang kadang diluar rasionalitas dan logika. Hati kecil kita, mempertanyakan semua yang terjadi kenapa tak seperti seharusnya. 

Maka bertaubatlah, perkuatlah iman kita. Agar kita benar-benar sadar bahwa semua hal pasti ada hikmahnya. Agar pernyataan barusan tak hanya sekadar kata-kata saja namun mengejawantah menjadi perbuatan. 

Iman itu, dibenarkan oleh hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan perbuatan.

Oleh karena itu, pada setiap hal yang terjadi pada hidup kita, kita sejatinya diberi pilihan untuk tetap tenang dan sabar. Maka harusnya kita berterima kasih pada setiap manusia, bersyukur pada setiap kejadian, karena ada kesempatan untuk makin mendekatkan diri lagi pada Allah. Kesempatan untuk menambah keimanan. 

Pun untuk hati kita, do'a insyaAllah tiga hakikatnya. Terkabul, tertunda, atau diganti jadi yang lebih baik. 

Pun kejadian, insyaAllah tiga juga hakikatnya. Ujian, cobaan dan azab. 

Ujian, ditujukan untuk mereka yang shalih, mereka yang terjaga. Allah menghendaki mereka menjadi lebih baik lagi, karenanya perlu diuji agar naik tingkat. 

Cobaan, ditujukan untuk mereka yang bukanlah paling baik, namun bisa jadi ada hal-hal kurang baik yang butuh diingatkan, butuh ditegur. Allah masih sayang pada mereka jadi Allah ingatkan agar tak terjerumus pada hal-hal yang tidak baik. 

Sedang Azab, ditujukan untuk mereka yang telah melakukan hal-hal yang amat tidak baik, karenanya perlu diturunkan hukuman. Namun, bisa jadi hukuman ini sifatnya memberi pelajaran.

"Dan sesungguhnya kami merasakan kepada mereka sebahagian azab yang dekat (didunia) sebelum azab yang lebih besar (diakhirat), Mudah-mudahan mereka kembali (ke jalan yang benar)." Qs As Sajdah : 21

Semoga hati-hati kita dapat tenang dan tentram akan takdirNya, Aamiin ya rabbal'alamin. 

Bandung dua puluh empat Desember dua ribu lima belas