Teman, pernahkah kita berpikir, saat melihat kegemilangan dan kesuksesan orang lain, terpikirkan bahwa sebenarnya aku bisa melakukan apa yang dia lakukan. Pernahkah saat melihat kesuksesan itu, kita terpikir"aku sesungguhnya lebih baik dari mereka"
Teman, jujur, saya pernah seperti itu.
Kesuksesan terjadi di depan kita, sungguh bukan karena mereka memang dikaruniai hal yang lebih baik, karena,
"Sungguh kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya" QS At-Tin : 4
Logika ini mengatakan, semua manusia itu sesungguhnya baik. Saat sebelum lahir, anda adalah 1 sel terpilih dari 280 juta sel sperma yang berenang menuju Ovum. Anda adalah pemenang semenjak sebelum lahir. "You are natural born champion"
Saat telah bertemu, ovum membesar, dan anda lahir, sungguh anda adalah 1 dari ribuan manusia pilihan yang dilahirkan normal. Bayangkan, betapa banyaknya mereka yang bahkan tidak sempat lahir, bayangkan betapa banyak mereka yang lahir namun dengan kecacatan.
Kita istimewa, teman. Itu yang harus kita sadari, semenjak lahir.
Saya sadar saya istimewa, cukupkah bekal untuk sukses mulia ?
Belum teman. Satu rahasia akan saya bagi pada teman-teman. Sebenarnya, kita punya otak yang sama bentuknya, sama fungsinya, dan seharusnya sama efisiensinya dengan Einstein, Newton, dsb.
Kita sebenarnya punya 24 jam yang sama panjangnya dengan Rasulullah dan pemimpin-pemimpin sukses lainnya.
Lantas, apa yang membuat mereka berbeda ?
1. mereka punya misi dan tujuan hidup yang jelas.
saat hidup mengikuti arus, saat hidup bagaikan air yang mengalir, sadarkah bahwa air itu hanya mengalir ke tempat yang lebih rendah ? sadarkah, bahkan air juga mengalir ke septi tank ?
maukah hidup teman-teman bergantung pada dataran takdir yang ditentukan orang lain ?
saat punya misi dan tujuan hidup, pikiran akan lebih terarah, hingga pencapaian lebih jelas. Dan saat ber-visi jauh kedepan, secara tidak langsung mengajak tubuh untuk berakselerasi mengikuti angin mimpi. Diri mau tidak mau harus berkembang baik dan lebih baik lagi agar tujuan menjadi kenyataan.
Misal, saat bermimpi dapat melompati sungai yang lebarnya 2 meter, maka akan terpatok sebuah usaha untu 2 meter itu. Sehingga, saat ternyata dihadang oleh sungai yang jaraknya hanya 1 meter, maka dengan mudahnya kita bisa melompatinya.
Jadi, dengan tujuan hidup yang jelas, jauh kedepan, kita dapat mengajak diri berakselerasi hingga lebih baik lagi.
2. Berkarakter dan Kenal Diri Sendiri
Karakter adalah emas. karakter adalah kemuliaan yang tak lekang oleh keadaan. Karakter menjadikan manusia bersifat refleks pada setiap hal yang terjadi tanpa perlu dipikirkan lagi. Karakter membuat manusia bertahan dari terjangan-terjangan kenyataan.
Sungguh, begitu pentingnya karakter bagi seorang manusia. Tanpanya, ia dapat terombang-ambing ombak kehidupan. Tanpanya, ia kan melayang tanpa arah dalam angkasa kebutaan.
Pasalnya, manusia kadang tidak sadar karakter dirinya sendiri. Manusia, terlalu sering "look out", melihat kesuksesan orang lain dan mencoba meniru mentah-mentah caranya. Manusia itu berbeda, terkhusus dalam cara dan metode pembelajaran. Dan kita, sungguh sangat jarang "look in", melihat pada diri sendiri seraya bertanya, "apa sebenarnya yang kupunya ?"
"Bukankah hidup ada perhentian, tak harus gentar terus berlari. Kuhelakan nafas panjang, tuk siap berlari kembali" - Sang Penghibur, Padi
Berhentilah sejenak, renungkan dalam-dalam, seraya bertanya, "Siapakah saya ?"
Kenali diri sendiri, kenali potensi, lalu gali.
Ibarat menambang emas, sungguh sang penambang harus tahu dahulu dimana letak emas-emas itu. Penambang harus menemukan tambang emasnya, baru ia dapat meraup logam mulia itu sebanyak-banyaknya.
Jadi, temukanlah tambang emasmu !
Fajar Faisal Putra
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran 2010
Posting Komentar